UMKM Binaan Astra Motor NTB Budidaya Lebah Madu Trigona Desa Bengkaung Kabupaten Lombok Barat
Usaha budi daya lebah trigona di Lombok kini semakin berkembang pesat dan menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat desa. Salah satu kelompok ternak lebah, Bale Madu Banuara Bersatu, yang bermarkas di Desa Bengkaung Kabupaten Lombok Barat, berhasil mengubah Madu Trigona lokal menjadi komoditas unggulan. Sabtu,(6/9/2025)
Kelompok ini berawal dari hanya 15 anggota, kini berkembang menjadi lebih dari 40 Kelompok peternak. Mereka mengusung merek dagang “Tuan Muda”, yang menjadi identitas produk Madu Trigona dari Lombok Barat.
“Tujuan kami sederhana, bagaimana masyarakat Desa Bengkaung bisa sejahtera lewat madu trigona. Awalnya memang dianggap sampingan, tapi sekarang sudah menjadi usaha utama,” ujar Imamul Azkar selaku Ketua Kelompk Madu Tridona di Lombok Barat.
Menurut Imamul Azkar yang akrab disapa Imam, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan PT Astra International Tbk – Honda (Astra Motor) yang sejak awal memberikan bantuan promosi, peralatan, hingga pendampingan.
“Dulu saya bahkan dianggap gila, termasuk oleh istri saya sendiri. Tapi setelah ada pembeli rutin dan dukungan Astra, akhirnya keluarga mulai percaya dan ikut mendukung,” tambah Imam sambil tersenyum.
Adapun Cita Rasa Madu dari Vegetasi Lokal menurut Imam, Madu Trigona di Lombok memiliki keunikan rasa karena dipengaruhi vegetasi setempat. Di Kabupaten Lombok Utara (KLU), misalnya, lebah banyak menghisap nektar dari pohon mente dan randu. Hasilnya, madu trigona di wilayah ini cenderung manis dengan rasa asam yang lembut.
Sementara di Suranadi, madu lebih dominan manis karena lebah mengonsumsi nektar rambutan dan klengkeng.
“Setiap daerah punya karakter rasa sendiri, tergantung vegetasinya,” Ujar Imam
Namun, tantangan terbesar saat ini kata Imam adalah maraknya penebangan pohon untuk kayu bakar.
“Dulu pohon sangat banyak, lebah gampang mencari sumber makanan. Sekarang banyak ditebang, jadi kita harus mulai menanam kembali agar produksi madu tetap terjaga,” Sambung Imam.

Imam menuturkan awalnya usaha madu ini dianggap hanya pekerjaan tambahan. Namun seiring berjalannya waktu, permintaan terus meningkat. Setiap anggota kelompok bisa menghasilkan sekitar 8 liter madu setiap tiga bulan. Hasil penjualan dibagi rata, dan kini para peternak merasa kehidupannya jauh lebih baik.
Berkat ide kreatif bersama Astra Motor NTB, Desa Bengkaung kini juga dikembangkan sebagai kampung wisata madu Trigona. Wisatawan dapat belajar langsung cara memanen madu trigona, hingga berfoto di spot-spot yang disiapkan.
“Alhamdulillah sekarang dikenal banyak orang. Bahkan pernah ada tamu yang minta panen langsung di sini,” kata Imam.
Terkait dengan harga, kini harga Koloni Trigona mulai Meroket selain madunya, koloni lebah trigona juga kini memiliki nilai jual tinggi. Dahulu, satu koloni hanya dihargai Rp7.500 hingga Rp35.000. Kini harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah, bahkan ada yang menukar 300 stup (kotak lebah) dengan sebuah mobil.
“Dulu orang tidak tahu nilai ekonominya. Sekarang setelah banyak yang budidaya, harganya melambung. Koloni jadi aset berharga, bukan sekadar untuk dijual murah,” ungkap Imam
Sambung Imam, meski menghadapi tantangan lingkungan, para peternak madu trigona optimis. Dengan dukungan komunitas, pemerintah, dan perusahaan swasta, mereka berharap usaha ini terus berkelanjutan.
“Yang penting sekarang bagaimana kita menjaga vegetasi, jangan hanya tebang pohon. Kalau tanaman banyak, lebah senang, produksi madu juga meningkat. Insya Allah masyarakat semakin sejahtera,” tutup Imam. (Tim KM Abdi Mataram)
