“NU iku ono loro kil, struktural lan kultural. Sing struktural iku NU dengan huruf besar, nah sing nu kultural iku pakai huruf kecil saja. NU huruf besar usianya belum seabad kil, baru 95 tahun. nu huruf kecil sudah ratusan tahun, seiring perkembangan Islam di Nusantara ini, sejak zamannya wali songo. Wong NU iku yo ono pirang-pirang Kil; ono sing Melangit, ono sing Gesit, ono sing Selilit, ono sing Genit lan ono sing Pelit.”
Kok akeh tenan toh yayi, aku bingung?!
“Hahaha lha wong NU iku kan mayoritas Kil, satus juto, yo jenise mesti pirang-pirang. Wong NU sing melangit iku kalau di kultural yoo poro yayi langitan, yayi khos, ra pernah ikut campur urusan politik, wiridane akeh, mereka itu guru waskito. Tapi NU sing melangit di area struktural itu pengurus NU sing lali ambe rantinge Kil. Wis dadi pengurus, sibuk meeting, saiki sudah tidak membumi lagi, lha wong di SMS saja sudah nda bales Kil. Gumun aku….
Wong NU sing Gesit itu ada juga di kalangan kultural, mereka ini pintar, cerdas, kreatif dan rata-rata masih muda, meskipun tidak difasilitasi oleh PBNU tapi ya melayune banter, tau-tau sudah Phd, sudah Doktor, tau-tau sudah banyak buku yang ditulisnya, tau-tau sudah banyak karya lan programnya. Tapi kalau di struktural Kil, sing Gesit iku durung sewindu dadi pengurus wis melebu senayan, ono sing pikirane lan perilakune gak jauh-jauh dari project. Ono dalile Kil, “faidza faraghta fanshob_kalau selesai satu project, segera cari project yang lain.” Jadi yang Gesit-gesit di struktural itu kemana-mana bawa tas isinya ya proposal project.
Wong NU Selilit itu banyak terdapat di kalangan kultural Kil, memang hanya sedikit sisa daging yang masuk ke sela-sela gigi, tapi ya rasanya bikin nyeri, harus dicongkel, kalau nda ya bisa jadi penghalang. Baru-baru ini ono sempalan NU yang semangat sekali menyebut diri mereka NU Garis Lurus. Baru kali ini aku dengar ono ulama sing ngaku wis lurus, poro ulama sing waskito itu paling banyak di NU Kil dan semua mengajarkan ketawadhu’an bukan jumawa menyebut diri sudah lurus, menjadi muslim itu proses yang terus menerus, belum selesai dengan menjadi ulama apalagi baru sekedar Haji atau Muballigh, NU Garis lurus itu koyo selilit Kil, kecil, ra pathekan, tapi yo di zaman media online sekarang, meski cuma ada di website dan hanya beberapa orang saja, tapi kalau sudah di broadcast nyebar kemana-mana. Belum lama ini, ulama sekaliber Gus Mus dibully, dianggap nyeleneh, dianggap tidak konsisten oleh website ini hanya gara-gara menyebut pendukung al-Quran langgam Jawa itu muslim kagetan. Fitnahan para haters itu Kil, meskipun suaranya kecil tapi nyaring membelah malam dan tidak terlihat alias pengecut.
Kalau di struktural, NU model selilit sebenarnya banyak juga Kil, tapi insya allah nda sampai mau menghancurkan NU, paling-paling yaaa target masuk PB atau minimal memimpin Banom, underbownya NU, wajarlah Kil, namanya juga politik, selalu ada vested interest.
Ada lagi jenis NU Genit. Secara bahasa genit itu berarti banyak gaya, cari-cari perhatian, kalau perempuan biasanya minta digoda, kalau laki-laki umumnya puber. Ya para penggoda di tubuh NU juga nda sedikit Kil, meskipun biasanya kalau sudah diberikan tugas, ya gelagepan, tugase malah nda selesai-selesai.
Nah, yang terakhir itu jenis NU Pelit, yang ini seimbang Kil, ada di kelompok struktural dan ada juga di kelompok kultural. Senangane iku yo cari hidup di NU tapi kalau dimintai sumbangan untuk NU langsung mengepalkan tangan alias tidak mau nyumbang, pelitnya na’udzubillah, saking pelitnya diundang tahlilan saja nda mau datang, padahal yang diminta cuma do’a
Anda jenis NU yang mana?