Mataram, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali menegaskan peran vitalnya dalam mendukung pengurangan resiko bencana melalui pelaksanaan kegiatan Masyarakat Indonesia Siaga dan Adaptif Informasi Cuaca (MOSAIC) 2025. Kegiatan ini berfokus pada peningkatan literasi dan kemampuan adaptasi masyarakat, terhadap variabilitas cuaca dan iklim ekstrem. Acara yang dilaksanakan di Hotel Santika/Kota Mataram pada 18 –19 November 2025
ini dihadiri oleh perwakilan lintas sektor, termasuk BPBD, FPRB, DLH, PMI, Media, Akademisi, Destana, Forum Penyandang Disabilitas, Komunitas Masyarakat hingga NGO (Non-Governmental Organization) di wilayah NTB. Kehadiran berbagai pihak ini menunjukkan komitmen kolaboratif untuk menciptakan Masyarakat Siaga dan Adaptif Informasi Cuaca
Fokus Utama: Adaptasi Cuaca untuk pengurangan resiko bencana
Andri Ramdani Direktur Meteorologi Publik BMKG,
dalam sambutannya menekankan bahwa untuk pengurangan resiko bencana, Masyarakat Indonesia Siaga dan Adaptif Informasi Cuaca (MOSAIC) 2025”. Program literasi publik ini menegaskan pentingnya literasi cuaca dan iklim sebagai fondasi membangun ketangguhan masyarakat terhadap bencana hidrometeorologi dan dampak perubahan iklim
BMKG tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan informasi kepada masyarakat, tetapi juga memastikan informasi tersebut dapat dipahami dan dijadikan landasan dalam mengambil keputusan, termasuk mewujudkan masyarakat yang tanggap dan siap memitigasi bencana hidrometeorologi berbasis informasi cuaca dan iklim.
Topan Primadi BMKG Kepala Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid
“kita menghadapi tantangan besar akibat dinamika cuaca dan iklim yang semakin kompleks. Melalui MOSAIC, BMKG tidak hanya menyediakan informasi, tetapi juga menumbuhkan budaya sadar bencana hidrometeorologi dan mendorong aksi adaptif di tingkat semua sektor masyarakat.
Isi Kegiatan dan Dampak yang Diharapkan
Dalam rangkaian kegiatan MOSAIC, para peserta mendapatkan pemahaman mendalam mengenai:
- Kaitan Kondisi Atmosfer: Diskusi mengenai hubungan antara kondisi atmosfer dengan produktivitas pertanian dan tata kelola logistik pangan.
- Sistem Peringatan Dini Berbasis Dampak (IBF): Pelatihan mengenai sistem Impact-Based Forecasting (IBF) untuk mempersiapkan langkah mitigasi yang lebih spesifik dan tepat sasaran.
- Strategi Adaptasi: Berbagi praktik terbaik dalam pemanfaatan informasi cuaca dan iklim untuk penentuan masa tanam, pengelolaan irigasi, dan mitigasi risiko gagal panen.
Demi mencapai tujuan tersebut, para peserta yang merupakan pemangku kepentingan dan penanggulangan bencana di wilayah Provinsi NTB mendapatkan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan mereka. Beberapa sesi pelatihan diselenggarakan, Pemanfaatan Produk Informasi Cuaca untuk Pengurangan Risiko Bencana
Peserta juga diberi kesempatan untuk berdiskusi dan berinovasi terkait produk informasi cuaca sektoral. Melalui sesi-sesi ini, peserta diajak memahami informasi cuaca dan iklim hingga sistem peringatan dini berbasis dampak atau impact-based forecasting (IBF).
BMKG menargetkan, dengan dukungan lintas sektor, masyarakat dapat menggunakan informasi cuaca dan iklim yang disajikan BMKG secara optimal. Ini adalah langkah nyata BMKG dalam mewujudkan Masyarakat Indonesia Siaga dan Adaptif Informasi Cuaca (MOSAIC) untuk membantu pengurangan resiko bencana. (Tim KM Mataram)
