
Herianto Tokoh Muda Golkar
Jakarta, 12 Oktober 2025 – Tokoh muda Partai Golkar asal Nusa Tenggara Barat (NTB), Herianto, menilai gaya kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto belakangan ini menunjukkan watak reflektif dan terbuka terhadap dialog lintas generasi.
Menurutnya, langkah Presiden menggelar sejumlah pertemuan strategis, termasuk yang terbaru di Hambalang bersama para pimpinan lembaga negara, menunjukkan keseriusan pemerintah untuk membangun komunikasi yang lebih cair dan mendengar berbagai pandangan politik dengan hati terbuka.
Dalam wawancara dengan Harian Nusantara, Herianto yang dikenal luas sebagai mantan Koordinator Pusat BEM SI dan kini aktif di Golkar Muda menyebut bahwa pertemuan di Hambalang bukan sekadar simbol kekuasaan, melainkan ruang ide di mana pemimpin negara mencoba mendengarkan langsung aspirasi yang tumbuh di masyarakat.
“Saya melihat pertemuan itu sebagai bentuk kematangan politik. Presiden tidak ingin jarak antara pemerintah dan rakyat semakin melebar. Beliau mencoba memulihkan tradisi politik musyawarah yang sempat hilang,” ujar Herianto di Mataram, Sabtu (12/10).
Menurutnya, dalam situasi politik nasional yang tengah diwarnai banyak dinamika, gaya kepemimpinan yang mendengar dan mau berdialog seperti ini sangat dibutuhkan. Ia menilai, Prabowo tidak sedang membangun pencitraan, melainkan membangun kembali rasa percaya rakyat kepada pemerintah.
“Rakyat kita sebenarnya tidak butuh banyak janji, mereka butuh pemimpin yang mau mendengar dan menindaklanjuti. Saya rasa Presiden Prabowo memahami itu,” tambahnya.
Herianto juga menyoroti kecenderungan Presiden yang kerap melibatkan generasi muda dalam berbagai forum pemerintahan dan kebijakan strategis. Sejak awal tahun, sejumlah anak muda dari kalangan profesional, akademisi, dan aktivis dilibatkan dalam perumusan program prioritas seperti digitalisasi ekonomi, pertahanan teknologi, dan kemandirian pangan.
“Ini kemajuan besar. Dulu, anak muda sering dianggap pelengkap, sekarang mereka diberi tanggung jawab nyata. Presiden memahami bahwa masa depan bangsa hanya bisa dijaga oleh generasi yang akan menjalankannya,” ujarnya.
Sebagai kader muda Golkar, Herianto menilai kebijakan Presiden sejalan dengan semangat partainya yang terus mendorong regenerasi politik. Ia mengatakan, Golkar sejak lama menyiapkan kader muda untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan nasional, dan kini ruang itu mulai terbuka.
“Saya melihat arah pemerintahan ini cukup konsisten dengan visi kebangsaan yang menempatkan generasi muda bukan hanya sebagai pewaris, tapi pelaku langsung pembangunan,” katanya.
Dalam pandangannya, langkah Presiden menggelar rapat-rapat reflektif di luar protokol formal seperti pertemuan di Hambalang merupakan pendekatan yang cerdas.
“Hambalang punya makna historis, tapi kini dihidupkan kembali sebagai ruang dialog. Itu simbol bahwa pemimpin besar bukan yang selalu bicara di atas podium, tapi yang mau duduk sama rendah dan mendengar,” tutur Herianto.
Aktivis yang dikenal vokal dalam isu demokrasi dan kebijakan publik itu menilai, pendekatan Prabowo menunjukkan pergeseran paradigma kepemimpinan dari yang bersifat instruktif menjadi partisipatif. Ia menyebut, jika pola ini terus dijaga, pemerintahan Prabowo-Gibran bisa menjadi model kolaboratif baru antara negara dan masyarakat sipil.
“Kita ini negara besar, dan tantangan ke depan bukan hanya soal ekonomi, tapi soal rasa percaya rakyat terhadap pemerintah. Kalau Presiden terus menjaga komunikasi yang terbuka dan jujur seperti ini, saya yakin stabilitas sosial dan politik akan lebih kuat,” ujar Herianto.
Lebih jauh, Herianto juga menegaskan bahwa peran anak muda tidak boleh berhenti hanya pada dukungan politik, melainkan harus menjadi mitra kritis pemerintah dalam setiap kebijakan.
“Kritik bukan tanda permusuhan, tapi bentuk cinta terhadap negeri. Pemerintah harus tetap membuka ruang untuk kritik yang objektif dan berbasis data. Saya percaya Presiden Prabowo cukup matang untuk menerima itu,” ujarnya dengan nada tegas.
Di akhir wawancara, Herianto menyampaikan pesan moral yang menyejukkan bagi sesama aktivis dan kader muda di seluruh Indonesia.
“Jangan alergi terhadap kekuasaan, tapi jangan pula silau oleh jabatan. Anak muda harus berani menjaga idealisme, tapi juga harus siap berkolaborasi. Kita perlu memastikan politik tetap punya nurani,” tutupnya.
Pernyataan Herianto ini mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan, terutama di lingkungan Golkar Muda NTB yang menilai dirinya konsisten membawa pesan politik yang beretika dan konstruktif. Beberapa pengamat menilai, gaya komunikasi Herianto mencerminkan wajah baru aktivis muda Indonesia yang tidak hanya pandai mengkritik, tapi juga menawarkan arah dan solusi.