
Detik Jakarta – Rasulullah memiliki seorang pengawal yang setia dari ras kulit hitam. Nama sahabat Rasulullah SAW yang satu ini sangat terkenang, bahkan namanya diabadikan sebagai salah satu “profesi” dalam salat Jumat. Sahabat tersebut adalah Bilal bin Rabbah.
Mengutip buku The Great Sahabat karya Rizem Aizid menyebut Bilal bin Rabbah sebagai seorang budak kulit hitam dari Habsyah (Ethiopia). Nama lengkapnya Abu Abdullah bin Rabah al-Habsyi. Ia dilahirkan di daerah As-Sarah. Ayahnya bernama Rabah dan ibunya Hamamah. Ibunya merupakan seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Makkah.
Kehidupan Bilal seperti kehidupan semua budak, tidak memiliki urusan kecuali mengabdi dan melaksanakan pekerjaan sebagaimana layaknya budak. Bilal dan ibunya bekerja untuk Umaiyah bin Khalaf, seorang pemuka Bani Jum’ah.
Bilal bin Rabbah Masuk Islam
Sebenarnya, ketertarikan Bilal bin Rabah RA pada Islam muncul sejak pertama kali ia mendengar berita tentang Nabi Muhammad SAW. Konon, Bilal bin Rabah tanpa sengaja mendengar majikannya berbicara dengan seseorang tentang Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan agama baru.
Nah, setelah mendengar percakapan majikannya itu, Bilal bin Rabah pun sangat ingin bertemu dengan Rasulullah SAW dan mendengarkan ajaran yang dibawa beliau. Dan, keinginan Bilal untuk bertemu dengan Muhammad SAW itu terkabul berkat bantuan Abu Bakar ash-Shiddiq RA yang sudah lebih dulu masuk Islam. Lewat Abu Bakar, Bilal bin Rabah pun bisa mengenal Rasulullah dan berbaiat kepada Rasulullah.
Dalam buku berjudul Bilal bin Rabbah yang ditulis Abdul Latip Talib, Bilal termasuk dalam kalangan mereka yang awal memeluk Islam. Ketika Umaiyah mengetahui Bilal masuk Islam tentu ia menyiksa Bilal tanpa belas kasihan sampai Bilal masuk ke agama asal sekaligus menjadi pengajaran kepada yang lain. Namun Bilal tidak tunduk dan tetap memilih Islam.
Penyiksaan Umaiyah dilakukan tanpa henti. Bilal dipukul kemudian diarak keliling Kota Makkah. Karena Bilal masih tetap pada pendiriannya, ia dijemur di atas pasir tanpa diberi makan dan minum. Ketika matahari tegak di atas kepala dan padang pasir yang panas, Bilal dipakaikan baju besi lalu dibiarkan berjemur di bawah terik matahari.
Umaiyah memaksa Bilal menyebut nama al-Katta dan al- Uzza tetapi mulut Bilal hanya menyebut “Allah… Allah… Allah.” Penyiksaan terhadap Bilal bin Rabbah akhirnya sampai ke telinga Abu Bakar lalu ia membelinya dari Umaiyah dengan harga sembilan uqiyah emas.
Ketika Abu Bakar meraih tangan Bilal dan membawanya ke alam kemerdekaan (bukan budak), Umayah berkata, “Ambillah ia! Demi Lata dan Uzza, andai engkau hanya mau membelinya dengan satu keping emas pun, aku pasti memberikannya!” Abu Bakar bisa memahami pedihnya rasa putus asa dan hilangnya harapan dalam kata-kata Umayah ini. Karena itu, ia tidak perlu menjawab.
Akan tetapi, karena kata-kata itu berhubungan dengan kehormatan laki-laki yang kini telah menjadi saudaranya itu, Abu Bakar membalas kata-kata Umayah, “Demi Allah, andai kalian tidak mau menerima selain seratus keping emas, aku pasti membayarnya!” Abu Bakar lalu membawa saudaranya itu menghadap Rasulullah seraya menyampaikan kabar gembira tentang kemerdekaan Bilal. Saat itu bagaikan hari raya yang agung.
Rasulullah SAW Menjadikan Bilal bin Rabah Muazin
Dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW yang ditulis Khalid Muhammad Khalid, sesudah Rasulullah dan kaum Muslimin hijrah ke Madinah dan menetap di sana, beliau mensyariatkan azan sebelum salat. Dalam kondisi demikian, siapakah yang pantas menjadi muazin untuk menunaikan salat lima kali setiap hari yang kalimat-kalimat takbir dan tahlilnya menggema di cakrawala? Orang itu adalah Bilal yang sejak tiga belas tahun lalu telah berteriak, “Allah Ahad… Ahad…,” meskipun siksa senantiasa menimpa dan menyiksa tubuhnya.
Kini Rasulullah memilihnya untuk menjadi muazin Islam yang pertama. Dengan suaranya yang merdu dan indah, Bilal mampu memenuhi hati dengan keimanan dan memenuhi telinga dengan keindahan. la menyeru:
“Allahu Akbar Allahu Akbar…
Allahu Akbar Allahu Akbar…
Asyhadu an la ilaha illa Allah…
Asyhadu an là ilaha illa Allah…
Asyhadu anna Muhammadan Rasûlullah…
Asyhadu anna Muhammadan Rasûlullah…
Hayya ‘ala ash-Shalah…
Hayya ‘ala ash-Shalah…
Hayya ‘ala al-Falah…
Hayya ‘ala al-Falah…
Allahu Akbar… Allahu Akbar…
La ilaha illa Allah.”
(lus/kri)