Mataram — Aula DPD I Golkar NTB tampak penuh energi pada Minggu (16/11) ketika puluhan anak muda dari berbagai kampus dan komunitas menghadiri kegiatan Pendidikan Politik Muda bertajuk “Politik Muda: Kenapa Harus Golkar?”. Sejak awal acara dimulai, suasana terlihat akrab dan cair. Ketua AMPG NTB, Herianto, membuka kegiatan dengan menegaskan bahwa forum tersebut bukan sekadar ceramah, melainkan ruang bagi generasi muda untuk membicarakan masa depannya sendiri.
Diskusi kemudian mengalir pada pembahasan sejarah panjang Golkar. Akademisi Universitas Mataram, Prof. Lalu Wirasepta Karyadi, menjelaskan bahwa Golkar memiliki akar pemikiran jauh sebelum masa Orde Baru. Konsep Golongan Karya, yang dirumuskan sejak 1940-an oleh Soekarno, Soepomo, dan Ki Hadjar Dewantara, menjadi dasar bagi peran kelompok fungsional dalam pembangunan negara. Prof. Lalu menyebut transformasi Golkar pasca-Reformasi sebagai fase penting yang mengubah arah partai menuju struktur yang lebih modern dan berorientasi pada pembangunan. “Perubahan terbesar terjadi ketika kepemimpinan sipil masuk pada 1999. Dari sana, Golkar membangun identitas baru sebagai partai modern,” ujarnya.
Dalam sesi berikutnya, narasumber Rino Rinaldi menyoroti meningkatnya relevansi generasi muda dalam politik Indonesia. Menurutnya, bonus demografi menjadikan anak muda sebagai kekuatan penentu dalam demokrasi. “Kalau anak muda tidak punya posisi politik, Indonesia bisa kehilangan arah. Golkar menyediakan ruang yang nyata, bukan hanya mengajak anak muda menonton, tetapi memberi kesempatan untuk memimpin,” katanya.
Peran kaderisasi kemudian dibahas lebih dalam melalui wawancara dengan H. Firadz Pariska, yang menjelaskan bahwa AMPG menjadi jalur resmi bagi anak muda untuk berproses dalam politik, sementara AMPI membuka ruang bagi mereka yang ingin terlibat tanpa keanggotaan formal. Ia menegaskan bahwa Golkar sejak lama memberi kepercayaan kepada kader muda untuk memimpin, termasuk di daerah. “Itu bukan teori, tapi fakta yang sudah berkali-kali terjadi,” ujarnya.
Di akhir kegiatan, Ketua AMPG NTB Herianto memberikan wawancara eksklusif mengenai perjalanan pribadinya dalam organisasi kepemudaan Golkar. Ia mengaku memilih AMPG karena melihat adanya ruang konkret bagi anak muda NTB untuk berkembang. “Saya tumbuh dari keluarga sederhana. Politik memberi saya jalan untuk berbuat lebih. Di Golkar, terutama AMPG, saya merasakan ruang itu benar-benar dibuka,” katanya. Ia menambahkan bahwa manfaat politik jauh lebih luas dibandingkan bekerja secara individual. “Jika kita menjadi pengusaha, manfaatnya hanya untuk beberapa orang. Tapi melalui kebijakan, dampaknya bisa dirasakan banyak masyarakat.”
Pantauan di lapangan menunjukkan antusiasme peserta yang aktif mengajukan pertanyaan, terutama terkait peluang anak muda dalam kepemimpinan dan bagaimana memulai karier politik dari nol. Seorang mahasiswa mengaku kegiatan ini mengubah persepsinya tentang dunia politik. “Ternyata politik tidak semenakutkan itu. Di sini kami tidak diindoktrinasi, tetapi diajak memahami,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan foto bersama menjelang sore. Herianto menegaskan bahwa AMPG NTB akan terus membuka ruang diskusi serupa untuk memastikan generasi muda tidak hanya menjadi penonton demokrasi. “Anak muda harus cerdas, kritis, dan berani turun ke lapangan. Politik itu ruang kita semua,” pungkasnya.
