
Mataram – Kepala Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Yusron Hadi, memantapkan langkah menuju daerah NTB yang makmur dan mendunia dengan menghadirkan Bincang Kamisan dalam membahas isu hangat dan nantinya disebarluakan kepada publik sehingga kepercayaan publik kepada pemerintah dalam program pembangunan daerah tersampaikan dengan transparan. “Dengan adanya program Bincang Kamisan diharapkan menumbuhkan kepercayaan publik kepada pemerintah daerah demi mewujudkan cita-cita bersama dalam membangun NTB Makmur dan Mendunia”, Kamis (22/05/2025).
Kepala Bidang (Kabid) Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda NTB Iskandar Zulkarnain, menjelaskan bahwa Agro-Maritim merupakan pendekatan baru yang mengintegrasikan potensi darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan ekosistem ekonomi, sosial dan ekologi. “Kita ingin transformasi ekonomi NTB tidak lagi tergantung pada sektor tambang. Sekarang ini lebih dari 82% ekonomi kita ditopang oleh tambang dan itu tidak boleh dibiarkan jadi NTB harus perlahan-lahan beralih ke sektor non-tambang seperti pertanian, peternakan dan perikanan,” ujar Iskandar.
Hilirisasi menjadi fokus penting dalam pendekatan Agro-Maritim, Iskandar menambahkan bahwa pemerintah telah memetakan 38 komoditas utama yang tersebar di berbagai sektor, terutama pertanian dan kehutanan yang menjadi dasar pengembangan Agro-Maritim. Potensi ini akan dipetakan sampai ke tingkat desa agar kebijakan dan intervensi program tidak salah sasaran.
Sektor perikanan juga tak luput dari perhatian. Panjang garis pantai NTB yang mencapai 2.333 km menyimpan potensi besar. Namun, kata Iskandar, salah satu tantangan utama adalah kapasitas volume ekspor dan infrastruktur pelabuhan. “Produk ikan kita banyak, tapi untuk ekspor kita butuh pasokan besar dan moda transportasi langsung. Ini PR untuk Dishub agar bisa fasilitasi kapal ekspor langsung dari NTB,” tegasnya.
Selanjutnya hadir sebagai narasumber, Kabid Sarana dan Prasarana Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Agus Hidayatullah, yang menyampaikan berbagai tantangan dan inovasi dalam mendukung ketahanan pangan di NTB. Agus menjelaskan bahwa ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan bahan pokok seperti padi atau umbi-umbian, tetapi juga menyangkut aspek produksi, distribusi hingga pengolahan hasil.
“Kita tidak bisa bicara ketahanan pangan hanya dari sisi on-farm, kita juga harus perhatikan aspek off-farm seperti distribusi, pengolahan hasil pertanian dan menghindari food loss,” ujar Agus.
Agus menekankan bahwa tantangan besar NTB saat ini adalah keberlanjutan produksi pertanian. Salah satunya karena penggunaan pupuk dan pestisida yang semakin tidak efektif akibat resistensi organisme pengganggu tanaman.
“Setiap tahun dosisnya naik terus, padahal itu jadi beban buat petani maupun distributor. Harus ada pendekatan baru dan teknologi tepat guna,” jelasnya.
Agus juga menyoroti peran NTB dalam industri kopi Nasional, meski NTB memiliki potensi besar namun belum serius menggarap komoditas ini. “Kita punya kopi bagus, tapi sering dilewatkan dalam forum-forum nasional. Bahkan Bali pun jual kopi dari biji kita. Artinya kita punya potensi, tinggal keseriusan membina dari hulu ke hilir,” tegas Agus.
Agro-Maritim bukan hanya sekadar konsep, melainkan strategi menuju kemandirian pangan dan pengurangan kemiskinan yang berkelanjutan. Dengan adanya Bincang Kamisan ini menjadi ruang diskusi yang memperkaya wawasan peserta, menyuarakan berbagai isu strategis dalam pembangunan dan diharapkan agar sinergi lintas sektor terus diperkuat demi mewujudkan NTB yang makmur dan mendunia. 3do/her/diskominfo/