
23 April 2025-Sembalun Lombok Timur
Lombok Timur, NTB – Program swakelola bawang putih yang digagas oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dengan tujuan mulia untuk mewujudkan swasembada bawang putih secara nasional, kini menghadapi tantangan serius di salah satu lokasi implementasinya, yaitu Sembalun Bumbung, Kabupaten Lombok Timur. Sorotan tajam tertuju pada kualitas bibit bawang putih yang disalurkan kepada petani setempat, di mana sejumlah besar di antaranya dilaporkan rusak dan tidak memenuhi standar kelayakan tanam.
Para petani di Sembalun Bumbung mengungkapkan kekecewaan dan kerugian akibat kondisi bibit yang jauh dari harapan. Mereka mendapati banyak bibit yang layu, busuk, bahkan menunjukkan tanda-tanda penyakit sebelum sempat ditanam. Situasi ini tentu mengancam produktivitas dan potensi keberhasilan program swakelola yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus mengurangi ketergantungan impor bawang putih.
Di sisi lain, pihak penyedia bibit untuk kegiatan swakelola di Sembalun bersikeras bahwa bibit yang mereka salurkan telah melalui proses sertifikasi yang menjamin kualitasnya. Namun, klaim tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan pahit yang dihadapi petani di lapangan. Jumlah bibit yang ditemukan tidak layak tanam sangat signifikan, menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas proses sertifikasi atau potensi adanya ketidaksesuaian antara standar yang ditetapkan dengan implementasi di lapangan.
Menanggapi permasalahan ini, Lalu Wira Hariadi, Presidium Nasional IV Ikatan BEM Pertanian Indonesia yang juga merupakan mantan Ketua BEM Pertanian Universitas Mataram (UNRAM) periode 2024, menyampaikan keprihatinannya yang mendalam. Menurutnya, kejadian ini sangat disayangkan mengingat program swakelola bawang putih menelan anggaran yang tidak sedikit. Ia menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan program strategis semacam ini.

“Kami sangat menyesalkan kejadian ini. Program swasembada bawang putih adalah langkah yang baik untuk kemandirian pangan kita, namun implementasinya di lapangan harus benar-benar diawasi,” ujar Lalu Wira Hariadi.
“Kami mendesak Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur untuk segera turun tangan dan mengusut tuntas permasalahan bibit ini. Harus ada kejelasan mengenai penyebab utama banyaknya bibit yang rusak dan langkah-langkah konkret untuk mengatasi kerugian yang dialami petani.”
Lebih lanjut, Lalu Wira Hariadi juga menyoroti potensi dampak negatif dari kejadian ini terhadap semangat petani untuk berpartisipasi dalam program-program pertanian pemerintah di masa depan. Kepercayaan petani yang telah dibangun dengan susah payah dapat terkikis jika masalah seperti ini tidak ditangani secara serius dan transparan.
Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur hingga saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait keluhan petani dan dugaan ketidaksesuaian kualitas bibit ini. Namun, desakan dari berbagai pihak, termasuk organisasi mahasiswa pertanian, diharapkan dapat mendorong pihak terkait untuk segera bertindak dan memberikan solusi yang adil bagi para petani yang dirugikan. Kasus di Sembalun Bumbung ini menjadi catatan penting dalam upaya mewujudkan swasembada bawang putih nasional, di mana pengawasan kualitas input pertanian, terutama bibit, menjadi kunci keberhasilan program.