Skip to content
Kampung Media
Kampung Media

Kampung Media

penghargaan-kampung-media
Primary Menu
  • Inspirasi Kampung
  • Kuliner Kampung
  • Wisata Kampung
  • Otomotif
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Pendidikan
  • Pemerintahan
  • Sosial Keagamaan
  • Inspirasi Kampung

Menjaga Hati dari Riya yang Halus

adminkampung November 23, 2025
riya

Ilustrasi foto google.

Riya adalah penyakit hati yang paling tersembunyi, namun dampaknya begitu besar dalam merusak amal. Banyak manusia beramal dengan tekun, beribadah dengan rajin, namun kehilangan nilai di sisi Allah karena niatnya bergeser dari “karena Allah” menjadi “karena manusia”. Nabi ﷺ telah memperingatkan bahwa riya termasuk syirik kecil suatu bentuk penyimpangan niat yang sering tidak disadari. Betapa berbahayanya hal ini, sebab riya tidak tampak di mata manusia, tapi jelas di hadapan Allah. Maka, menjaga hati agar tetap ikhlas adalah jihad yang paling berat namun paling mulia.

Riya berasal dari kata ra’a yang berarti “melihat” atau “memperlihatkan”. Artinya, seseorang melakukan suatu amal bukan untuk mencari ridha Allah, melainkan agar dilihat dan dipuji oleh manusia. Padahal hakikat ibadah adalah persembahan tulus kepada Allah semata. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.” (HR. Ahmad)

Riya ibarat debu yang menempel pada cermin hati. Ia membuat cahaya keikhlasan menjadi buram. Orang yang beramal karena ingin dilihat manusia sebenarnya sedang mempersekutukan niatnya menjadikan manusia sebagai bagian dari tujuannya. Padahal Allah telah berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan jangan mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf [18]: 110)

Ayat ini menegaskan bahwa setiap amal saleh harus dibersihkan dari segala bentuk pamrih kepada selain Allah. Betapapun besar amalnya, jika diiringi riya, ia menjadi sia-sia di akhirat. Nabi ﷺ bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Allah Ta‘ala berfirman: Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa beramal dan menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya itu.” (HR. Muslim)

Inilah ancaman yang sungguh menakutkan. Amal yang seharusnya menjadi jalan menuju surga, justru berubah menjadi sebab kemurkaan Allah hanya karena niat yang tercemar. Maka, ulama terdahulu begitu berhati-hati menjaga niat mereka. Imam al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya, dan beramal karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”

Dalam kehidupan sehari-hari, riya bisa muncul dalam bentuk yang sangat halus. Seseorang bisa terjatuh dalam riya saat menata suara bacaan Qur’annya agar terdengar merdu di hadapan orang lain, atau ketika ia bersedekah lalu berharap namanya disebut dalam ucapan terima kasih. Bahkan dalam dunia modern, riya bisa menyusup lewat media sosial, ketika seseorang menampilkan ibadahnya untuk mendapatkan pujian dan apresiasi publik. Tanpa sadar, ia menukar ridha Allah dengan “like” manusia yang fana.

Padahal, yang paling berharga di sisi Allah bukanlah tampilan amal, melainkan keikhlasan niat di dalam dada. Allah berfirman:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 27)

Keikhlasan adalah ruh dari setiap amal. Amal tanpa ikhlas ibarat tubuh tanpa jiwa tampak hidup namun hakikatnya mati. Karena itu, setiap Muslim perlu melatih hati untuk selalu menghadirkan niat karena Allah di awal, tengah, dan akhir amal. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, sebelum memulai amal, tanyakanlah pada diri: “Untuk siapa aku melakukannya?” Jika jawabannya bukan untuk Allah, luruskanlah niat itu. Perbaharui terus niat agar amal tetap bersih dari penyakit hati. Dalam hal ini, doa menjadi senjata yang ampuh. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa agar kita terhindar dari riya:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)

Doa ini menggambarkan bahwa riya sering kali terjadi tanpa disadari. Hati manusia terlalu mudah goyah, mudah ingin dipuji, mudah tergoda untuk terlihat baik di mata orang lain. Maka, tiada jalan lain kecuali terus berdoa dan berjuang membersihkan niat setiap hari.

Para salafus shalih sering menangis saat beribadah, bukan hanya karena takut pada azab Allah, tetapi karena takut amal mereka tidak diterima akibat riya yang tersembunyi. Mereka lebih khawatir pada penyakit hati daripada dosa besar yang tampak, karena riya dapat menghancurkan seluruh amal tanpa disadari.

Kita pun perlu merenung. Sudahkah amal kita benar-benar untuk Allah semata? Sudahkah kita meniatkan setiap sujud, sedekah, dan kebaikan hanya untuk-Nya? Ingatlah, semua pujian manusia akan lenyap bersama waktu, namun keridhaan Allah kekal selamanya.

Marilah kita berdoa sebagaimana doa indah berikut ini:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ كُلَّ أَعْمَالِنَا صَالِحَةً، وَاجْعَلْهَا لِوَجْهِكَ خَالِصَةً، وَلَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ فِيهَا شَيْئًا

“Ya Allah, jadikan setiap amal kami amal saleh, dan jadikan ia ikhlas hanya karena wajah-Mu, serta jangan Engkau jadikan sedikit pun bagian bagi selain-Mu.”

Hanya dengan hati yang bersih dan niat yang tulus, amal sekecil apa pun akan bernilai besar di sisi Allah. Sedangkan amal yang besar namun tercemar riya, akan lenyap tanpa jejak. Maka, jagalah hati dari riya, sebagaimana engkau menjaga amal dari kerusakan. Karena di hadapan Allah, yang Ia nilai bukan banyaknya amal, tetapi beningnya niat dan tulusnya pengabdian.

Continue Reading

Previous: – Komunitas Peduli Reklamasi (KPR) Lombok Barat, Soroti Konservasi Di Kawasan Gili Gede Sekotong.
Next: Relasi Camp 2025 Sukses di gelar : Bangkitkan Gerakan, Kuatkan Literasi NTB

Berita Terkait

hutang
  • Inspirasi Kampung

Motivasi Bangkit Dari Keterpurukan Hutang: Semangat Lunasi Amanah

adminkampung November 25, 2025
sholat
  • Inspirasi Kampung

Kenapa Harus Shalat Tepat Waktu (Motivasi): Disiplin Waktu Kunci Sukses

adminkampung November 22, 2025
hati
  • Inspirasi Kampung

Memahami Akar Rasa Benci dan Dampaknya pada Hati

adminkampung November 22, 2025

Berita Terkini

  • Kepala Dinas Koperasi UKM NTB Tekankan Pentingnya Mindset Bisnis dalam Pengelolaan Koperasi
  • Hadapi Musim Hujan, BPBD Lombok Barat Perkuat Bekali TRC-PB Dengan Pelatihan.
  • Suharto jadi pahlawan nasional tepat atau tidak?
  • Mahasiswa Unram Laksanakan PKL di BNNP NTB, Mengamati Secara Langsung Proses Pemberantasan Narkotika
  • BAZNAS Lombok Timur Gencarkan Edukasi ZIS, Camat Sakra Barat Ajak Seluruh Instansi Mendukung

Kanal Berita

  • Artikel/Opini
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Indeks
  • Inspirasi Kampung
  • Kesehatan
  • Kuliner Kampung
  • Olah Raga
  • Otomotif
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Politik
  • Sosial Keagamaan
  • Teknologi
  • Wisata Kampung

Baca juga

83b1825e-6f55-402f-9a25-bac10ba33b16
  • Ekonomi

Kepala Dinas Koperasi UKM NTB Tekankan Pentingnya Mindset Bisnis dalam Pengelolaan Koperasi

adminkampung November 26, 2025
9daef614-8ea6-4d77-9aa7-50ccf2e13642
  • Pendidikan

Hadapi Musim Hujan, BPBD Lombok Barat Perkuat Bekali TRC-PB Dengan Pelatihan.

adminkampung November 26, 2025
IMG-20251126-WA0050(1)
  • Artikel/Opini

Suharto jadi pahlawan nasional tepat atau tidak?

Lalu Rosmawan November 26, 2025
IMG-20251020-WA0128
  • Artikel/Opini

Mahasiswa Unram Laksanakan PKL di BNNP NTB, Mengamati Secara Langsung Proses Pemberantasan Narkotika

Lalu Rosmawan November 26, 2025

SEKRETARIAT


Jl.Banda Sraya Gg.sakura No.5 Pondok Indah Kel.Pagutan Barat Kota Mataram
Nomor Kontak: 089637675034
Email: kampungmedia2008@gmail.com


Konsultan Media: Lombok Inisiatif – Akta Notaris Nomor 135 tanggal 14 Maret 2015.
Alamat: Jalan Bhanda Sraya 23 Griya Pagutan Indah Mataram.

REDAKSI

Publisher VIP (Visual Informasi & Publikasi) PRODUCTION & Lombok Kreatif.

Chief Executive Officer:
Asrobi Abdihi
Chief of Content:
Fakhrul Azhim
Manager Operations / Editor in Chief :
Afifudin
Sekretaris Redaksi: Neneng Pebriana

TIM REDAKSI

Kepala Kampung / Pemred :
Asrobi Abdihi
Redaktur Pelaksana :
Fakhrul Azhim
Editor Senior : Ncep
Editor: Abdi, Achim Nadfia,
Reporter: Muhammad Safwan, Jumaili, Ncep

DEWAN PAKAR

Suaeb Qury, S.H.I.

KONTRIBUTOR

1.Muhammad Safwan (Kota Mataram) 2.Jumaili (Lombok Tengah) 3.Hasan Karing ( KM Brang Ene Sumbawa) 4.Adi Pradana (Kab.Bima)5.Opick Manggelewa. KM Manggelewa (Dompu) 6.Joko KM Panto daeng Sumbawa 7.Ryan KM Gempar Bima 8.Faidin (KM kempo) Dompu 9.Alimuddin (KM Maluk) KSB 10.Randal Patisamba (KM Rampak Nulang) 11.Ibrahim Arifin (KM Rensing Bat) Lotim 12.Yakub (KM SasakTulen) Lobar 13.Alamsyah (KM Tembe Nggoli) Bima 14.M. Hariyadin (KM. Sarei Ndai Kota Bima 15.Andre Kurniawan (KM.Masbagik) Lotim 16.Ali Nurdin (KM. Taliwang) Sumbawa 17.Hajrul Azmi ( KM. Sajang Bawak Nao ) Loteng 18.Desa Wisata Masmas Loteng 19.Abdul Satar Lobar 20.Nurrosyidah Yusuf 21.Masyhuri (sambang kampung),22.Joko Pitoyo, 23.Asep KM Lobar, 24. Abu Ikbal, 25. Romo. 26. Alin 27. Tawa, 28. Andi Mulyan Mataram,29. Asri (KM Sukamulia), 30. Efan (Kampung Media Lengge Wawo-Bima) 31. Aulia Abdiana

Copyright © Kampung Media.