Lombok Utara — Pemerintah Desa Pemenang Barat kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. Pada hari kamis 27/11/25 Di Aula Kantor Desa Pemenang Barat Melalui kegiatan Penguatan Kapasitas Pengurus Sekolah Lapang yang dilaksanakan pekan ini, fokus utama diarahkan pada pencegahan perkawinan anak dan edukasi bahaya narkoba, dua isu serius yang selama ini menjadi tantangan sosial di banyak wilayah Indonesia, termasuk Lombok Utara.
Kegiatan yang berlangsung selama satu hari ini menghadirkan narasumber dari Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama NTB Bapak Mhammad Yakub selaku dosen di fakultas ekonomi. Para peserta terdiri dari pengurus Sekolah Lapang, tokoh pemuda, kader desa, serta perwakilan organisasi masyarakat lokal. Suasana kegiatan terasa hidup dengan diskusi intens, studi kasus, dan simulasi lapangan yang dirancang untuk membantu para pengurus memiliki pengetahuan dan kemampuan praktis dalam melakukan pendampingan masyarakat.
Menjawab Tantangan Nyata di Lapangan
Di banyak desa, termasuk Pemenang Barat, praktik perkawinan anak masih ditemukan sebagai dampak dari minimnya pendidikan, tekanan ekonomi, serta budaya yang belum sepenuhnya berpihak pada tumbuh kembang anak. Selain itu, penyalahgunaan narkoba juga menjadi ancaman serius bagi remaja akibat pergaulan yang tidak sehat, lemahnya kontrol sosial, serta kurangnya pengetahuan tentang bahaya narkotika.
Kepala Desa Pemenang Barat dalam sambutannya yang di wakili oleh BPD dan BABINMAS menegaskan bahwa kedua persoalan ini tidak bisa ditangani secara parsial atau hanya melalui sosialisasi biasa. Perlu ada agen-agen lokal yang terlatih, dekat dengan masyarakat, dan mampu bergerak secara konsisten.
“Pengurus Sekolah Lapang bukan sekadar fasilitator pendidikan, tetapi juga mitra strategis desa dalam mengawal tumbuhnya generasi muda yang bebas dari perkawinan anak dan penyalahgunaan narkoba,” ujarnya.
Materi Berbasis Lapangan: Dari Pencegahan hingga Penanganan
1. Pencegahan Perkawinan Anak
Materi pertama membahas secara mendalam tentang risiko dan dampak perkawinan anak, mulai dari aspek kesehatan, psikologis, hingga ekonomi. Para peserta tidak hanya diberikan penjelasan teori, tetapi juga diajak memetakan faktor-faktor risiko yang umum terjadi di wilayah desa.
Narasumber Muhammad Yakub menekankan bahwa perkawinan anak bukan sekadar persoalan keluarga, tetapi masalah struktural yang harus diatasi bersama. Salah satu materi yang mendapat perhatian adalah pentingnya membangun komunikasi efektif dengan orang tua dan tokoh masyarakat, mengingat peran mereka sangat menentukan keputusan anak.
Para peserta juga berlatih membuat rencana aksi pencegahan, mulai dari pembentukan kelompok remaja sadar kesehatan reproduksi, strategi kampanye kreatif, hingga mekanisme rujukan bagi anak-anak yang mengalami tekanan untuk menikah dini, termasuk juga membuat awik-awik desa.
2. Edukasi Bahaya Narkoba
Sesi kedua difokuskan pada pencegahan penyalahgunaan narkoba, dengan pemaparan oleh pemateri Peserta mendapatkan gambaran nyata tentang jenis-jenis narkoba yang sering beredar, pola penyalahgunaan di kalangan remaja, serta tanda-tanda awal seseorang mulai terpapar zat berbahaya tersebut.
Para pengurus Sekolah Lapang juga dibekali keterampilan komunikasi persuasif untuk melakukan pendekatan preventif kepada remaja, serta metode penyuluhan yang lebih kreatif dan mudah diterima. Simulasi penanganan kasus turut dilakukan untuk melatih kesiapan peserta dalam menghadapi situasi darurat yang mungkin muncul di masyarakat.
Membangun Sekolah Lapang sebagai Pusat Pembelajaran Sosial
Kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan peserta, tetapi juga memperkuat posisi Sekolah Lapang sebagai pusat pendidikan masyarakat di tingkat desa. Selama ini, Sekolah Lapang dikenal sebagai tempat belajar pertanian atau keterampilan teknis lainnya. Namun kini, melalui penguatan kapasitas, fungsi tersebut diperluas untuk mencakup isu sosial yang lebih luas, terutama perlindungan anak dan kesehatan generasi muda.
Dengan peran barunya, Sekolah Lapang diharapkan mampu menjadi ruang aman bagi remaja untuk berdiskusi, berkonsultasi, dan mendapatkan informasi yang benar terkait hak-hak mereka. Peserta pelatihan juga sepakat membentuk Tim Aksi Cepat untuk mengidentifikasi potensi kasus perkawinan anak dan peredaran narkoba sejak dini.
Partisipasi Masyarakat yang Menguat
Salah satu hal menarik dari kegiatan ini adalah antusiasme peserta dan masyarakat yang terlihat sepanjang acara. Diskusi kelompok berlangsung hangat dan terbuka, mencerminkan keinginan kuat masyarakat untuk berubah dan bergerak bersama. Dari hasil brainstorming, tercatat berbagai gagasan inovatif seperti:
1. Program “Remaja Berkarya Tanpa Nikah Dini”
2. Kelas kreatif anti-narkoba berbasis komunitas
3. Layanan konsultasi remaja di Sekolah Lapang
Kemitraan dengan masjid dan sekolah untuk monitoring siswa
Partisipasi para tokoh agama juga menjadi faktor penting. Mereka menyatakan kesiapan untuk menyampaikan pesan-pesan pencegahan perkawinan anak dan bahaya narkoba dalam kegiatan keagamaan sebagai bagian dari dakwah sosial.
Harapan Besar untuk Masa Depan Anak Muda Pemenang Barat
Melalui kegiatan ini, Desa Pemenang Barat berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan produktif bagi remaja. Keberadaan pengurus Sekolah Lapang yang terlatih dianggap sebagai modal utama untuk mencegah munculnya kasus-kasus yang merugikan masa depan anak.
Selain itu, pemerintah desa berkomitmen mendukung rencana tindak lanjut peserta dengan menyiapkan anggaran, fasilitas, serta memperkuat kerja sama lintas lembaga. Upaya berkelanjutan ini dianggap penting agar edukasi tidak berhenti di ruang pelatihan saja, tetapi benar-benar diterapkan hingga ke tingkat dusun dan keluarga.
Kegiatan penguatan kapasitas ini menjadi contoh nyata bagaimana desa dapat berperan aktif dalam mengatasi persoalan sosial yang selama ini sering dianggap kompleks dan berada di luar jangkauan pemerintah desa. Melalui pendekatan pemberdayaan dan edukasi masyarakat, Pemenang Barat menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari komunitas kecil dengan dampak yang besar.
