Kickoff tendangan perdana ke arah gawang perslobar, menandai dimulai nya Kompetisi Sepakbola Liga 3 Asprov PSSI NTB 2022.
Sabtu, 6.8.2022, di GOR 17 Desember Turide, saya mewakili Gubernur NTB – Bapak Dr. H. Zulkieflimansyah, membuka dimulainya kompetisi sepakbola Liga 3 NTB yang diikuti 26 klub. Lebih banyak dari kompetisi2 sebelumnya.
Kompetisi ini terbagi dalam 4 group. 2 group di Pulau Lombok. 2 group di Pulau Sumbawa. Hari pertama kompetisi mempertemukan kesebelasan Perslobar melawan PS Mataram. Pertandingan berjalan seru dan imbang. Penonton dan masyarakat antusias menyambut kompetisi liga 3 itu.
Pemerintah berharap, berputarnya kompetisi merupakan momentum yang baik. Momentum untuk menggairahkan kembali persepakbolaan di NTB sekaligus untuk mencari bibit2 unggul pesepak bola yang disiapkan menuju PON XXI 2024 di Medan – Aceh maupun jangka panjang persiapan sebagai tuan rumah PON XXII 2028.
Di cabang olahraga sepakbola, NTB pernah mencatat tinta emas. Salah seorang putra NTB menjadi pemain andalan tim nasional. Ya, Junaidi Abdillah namanya. Putra ampenan kelahiran 21.2.1948. Pemain gelandang andalan tim merah putih ini seangkatan oyong liza. Beberapa Pesepak bola nasional yang terkenal kala itu dan seterusnya yang sulit dilupakan, ada nama Johanes Auri, kiper Ronny Paslah, Rudy William Keltjes, Iswadi Idris, Herry Kiswanto, Ronny Pati Nasarani, Rully Nere, Robby Darwis, Ajat Sudrajat dll.
Di tengah asyiknya menyaksikan pertandingan Perslobar vs PS Mataram yang saling menyerang, saya teringat memori2 lama tentang sepakbola.
Pertama kali main sepakbola, gunakan bola “blader” ya waktu SD di lapangan bola Karang Jangkong. Sebelumnya main dengan bola plastik. Terkenang teman2 waktu kecil. Main bola bersama teman2 dari Karang Jangkong, Karang Kemong, Banjar Pande, Karang Tapen dan sekitarnya.
Dulu senang sekali liat mas Mono main. Menggocek bola sambil larinya kencang seperti kijang. Ada juga om Yance yg pernah main di PSLT. Juga kiper PLN Pak Anton berani mencegat bola yg mengancam gawangnya. Tubuhnya terbang menangkap bola. Di lapangan Malomba Ampenan, pernah nonton pemain2 sepakbola yg datang dari Situbondo.
Di stadion Gajayana Malang era pertengahan tahun 1980 an, era Galatama dan Perserikatan Divisi Utama, saya juga sering nonton AREMA dan PERSEMA latihan maupun bertanding.
Bambang Nurdiansyah, Mekky Tata, Singgih Pitono, Aji Santosa ( dikemudian hari menjadi pelatih nasional ) adalah pemain2 idola AREMA yang ketika mereka beraksi dilapangan bisa bikin stadion Gajayana bergemuruh.
Kala itu ada seorang putra NTB yang sering menjadi wasit di Stadion Gajayana. Pak Sukahat namanya. Konon nama Pak Sukahat adalah akronim dari Soekarno – Hatta. Pak Sukahat mungkin lahir 17 Agustus 1945. Sehingga keluarganya mengabdikan nama dwi tunggal proklamator menjadi namanya. Pak Sukahat, orangnya gagah atletis. Sehabis memimpin pertandingan, ingin sekali saya sillaturrahmi dengan Pak Sukahat. Tapi tdk pernah kesampaian. Beliau selalu dalam pengawalan panitia dan petugas keamanan. Sebagai mahasiswa lombok di Malang, bangga rasanya waktu itu ada wasit nasional dari NTB.
Selain Pak Sukahat, ada Pak Astaman dan pak H. Burhanuddin yg pernah menjadi wasit Nasional. Untuk wasit Liga I ada nama Pak H. Suhaimi. Sekarang kalo tidak salah, yang ada hanya assisten wasit atas nama Julhamudin di Liga I dan pengawas pertandingan atas nama Juanda Rangkuti.
Lama sudah NTB tidak lahirkan Junaidi Abdillah muda dan Sukahat-sukahat muda. Semoga momentum kompetisi Liga 3 persepakbolaan NTB bergairah kembali. Aamiin YRA. (H.lalu Gita Ariadi – Sekda NTB)