Program Interactive Flat Panel (IFP) atau smartboard yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada senin, 17 November , yang menargetkan ratusan ribu sekolah, bukan sekadar program amal biasa. Ini lebih seperti langkah pintar dalam politik untuk berkomunikasi. Bayangkan saja, Prabowo sedang berusaha membangun citra dirinya sebagai pemimpin yang fokus pada hasil nyata, bukan sekadar bicara kosong. Dengan smartboard ini, dia ingin menunjukkan bahwa janji-janjinya bukan lagi sekedar kata-kata, melainkan tindakan yang bisa dilihat dan dirasakan.
Program ini bisa disebut sebagai bentuk Komunikasi dengan bukti nyata yang efektif. Nah, smartboard ini adalah bukti itu alat yang langsung masuk ke sekolah-sekolah, membantu anak-anak belajar dengan teknologi modern. Ini lebih kuat dari janji-janji kosong, karena orang bisa melihat hasilnya. Dengan cara ini, Prabowo mengalihkan perhatian dari kritik bicara saja ke hasil yang nyata, yang pada akhirnya membangun kepercayaan orang-orangnya sebagai pemimpin.
Tapi smartboard ini juga memiliki makna simbolik yang besar. Sebagai teknologi canggih, ia melambangkan kemajuan dan masa depan. Ini seperti pemasaran politik yang pintar, di mana Prabowo diposisikan sebagai pengembangan pendidikan masa depan. Orang-orang bisa merasa terhubung secara emosional, bukan hanya melihatnya sebagai proyek pemerintah.
Pemerintah juga pandai menyusun program ini. Mereka memasukkan sebagai bagian dari Visi Nasional untuk memperbaiki dan membawa pendidikan ke rana digital, bukan sekedar kontribusi politik. Ini membuatnya terlihat lebih baik, lebih menyeluruh. Ditambah lagi, program ini dikaitkan dengan paket kebijakan kesejahteraan lainnya, seperti bantuan sosial atau program kesehatan. Akibatnya, kebenarannya semakin kuat seolah-olah ini bagian dari upaya besar pemerintah untuk membangun bangsa secara utuh.
Pada akhirnya, smartboard ini sudah berubah dari sekadar alat pendidikan menjadi media komunikasi massa yang ampuh. Ia membantu Prabowo mengukuhkan citra sebagai pemimpin yang berfokus pada tindakan dan maju. Tapi, keberhasilannya tergantung pada penerapannya. Jika smartboard benar-benar digunakan dengan baik dan memberikan dampak pendidikan yang nyata, maka ini bukan lagi simbol politik semata. Sebaliknya, kalau hanya jadi pajangan, kritik terhadap bicara kosong Prabowo bisa kembali muncul.
Penulis: Qurratul Ainy Nim 240301007 (Mahasiswi komunikasi dan penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Mataram)
