Bola itu bundar. Apapun hasilnya, tim Maroko sudah mempersembahkan hal yang terbaik dilapangan dan luar lapangan.
Senang ikuti apresiasi ttg Maroko. Saya baca berulang dan copas ulasan seorang komentator Jerman. Berkomentar tentang adegan pemain Maroko yang memeluk dan mencium orang tua mereka dan doa bersama setelah setiap pertandingan.
Si Komentator ini menyampaikan:
“Kini kita tidak lagi melihat ikatan keluarga yang intim dalam masyarakat Barat kita. Konsep keluarga telah memudar. Kita hanya bisa melihat pemain mencium gadis modelnya dan pacar mereka. Sementara Orangtua mereka menunggu di panti jompo.
Dukungan moral keluarga berperan besar dalam kemenangan-kemenangan Maroko. Sementara kami datang untuk mendukung homoseksualitas dan menutupkan tangan kami pada mulut kami.
Kami mengajari mereka (Maroko) cara bermain sepak bola. Kini mereka unggul dan melebihi kami. Kami juga harus belajar etika dan nilai-nilai keluarga dari mereka. Berharap suatu hari nanti kami melihat para pemain kami mencium dahi Ayah dan Ibu mereka juga.
Terima kasih Maroko. Terima kasih Jepang. Sepokbola ternyata tidak hanya tontonan, tapi juga ada tuntunan di dalamnya. Jangan menangis Maroko. (H.Lalu Gita Ariadi – Sekda NTB)