Lombok Barat: Memasuki musim penghujan yang berlangsung mulai bulan Oktober hingga Desember mendatang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat memperkuat koordinasi, dengan menggelar Focus Group Discussion ( FGD ) Banjir, bersama instansi terkait dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi atau bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Sekertaris Pelaksana BPBD Kabupaten Lombok Barat Halid mengungkapkan, berdasarkan hasil kajian risiko bencana KRB yang telah disusun, wilayah lombok barat memiliki kerentanan terhadap sejumlah potensi bencana alam dengan karakteristik yang beragam.
Untuk itu, pihaknya telah melakukan pemetaan dan identifikasi karateristik bencana alam yang sering terjadi di wilayahnya, mulai dari wilayah Lombok Barat bagian selatan, tengah dan utara sehingga memerlukan perhatian khusus.
Menurutnya, bencana alam yang sering terjadi seperti banjir, tanah longsor, terutama saat musim hujan dengan intensitas tinggi, selain karena disebabkan faktor kondisi iklim namun juga dipicu oleh letak geografi wilayah Lombok Barat.
“Bencana alam yang sering terjadi di wilayah selatan Lombok Barat pada setiap musim hujan adalah,banjir, tanah longsor dan angin puting belung. Begitu juga di wilayah lombok barat bagian utara, dan sedangkan di wilayah Lombok barat bagian tengah bencan yang sering etrjadi adalah banjir, yang di sebabkan kiriman dari luar wilayah seperti Lombok tengah, sehingga sistim penangannya berbeda-beda“jelas Halid.
Lebih lanjut Halid menjelaskan, berbagai bencana ini disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca, Seperti Banijr : Bencana ini sering terjadi, terutama saat musim hujan dengan intensitas tinggi, yang memicu meluapnya air sungai terutama yang berdekatan dengan permukiman warga, dan menyebabkan pemukiman atau sejumlah perumahan terendam air hingga ketinggian beberapa meter, pohon tumbang dan kerusakan infrastruktur jalan.Selain itu, faktor lain seperti tumpukan sampah di saluran atau sungai yang memperburuk kondisi, dan memicu penyumbatan sehingga menimbulkan genangan air.
Sedangkan untuk bencana Tanah Longsor : bencana ini biasanya mengancam wilayah-wilayah perbukitan di Lombok Barat, terutama di daerah yang curah hujannya tinggi sehingga menimbun dan merobohkan rumah warga serta merusak fasilitas umum.
“Untuk itu, sebagai langkah strategis dalam menghadapi kerentanan bencana tersebut, BPBD telah menyusun peta dan dokumen kerawanan bencana, sebagai landasan untuk melakukan mitigasi dan penanggulangan bencana yang mungkin akan terjadi,”tutupnya.
Ditempat yang sama di sela-sela kegiatan FGD, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Lombok Barat Toni Hidayat menyampaikan, pihaknya terus melakukan pemetaan wilayah yang rawan bencana di musim penghujan, dan memperkuat upaya sosialisasi serta mitigasi kepada masyarakat di seluruh kecamatan yang berisiko tinggi.
“Kami tetap melakukan sosialisasi dan mitigasi seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan ada beberapa wilayah yang menjadi fokus karena sering terdampak saat musim hujan,”jelas Toni,
Disebutkan, ada Enam wilayah atau kecamatan yang rawan atau rentan terjadi bencana di musim penghujan, meliputi Kecamatan Labuapi, Batulayar, Lingsar, Narmada, Gunungsari, dan Sekotong. Wilayah tersebut kerap mengalami banjir, tanah longsor, dan puting beliung, terutama saat curah hujan tinggi disertai angin kencang melanda kawasan perbukitan dan dataran rendah.
Sejak awal Oktober, BPBD telah mencatat lima kejadian bencana ringan, termasuk angin puting beliung, yaitu di Desa Bayurip dan Sedayu, Kecamatan Kuripan, serta peristiwa pohon tumbang di jalur Bypass Lombok Barat.
“Hingga saat ini intensitas bencana masih tergolong ringan dan bisa kami tangani. Namun kami dari BPBD tetap siaga karena cuaca ekstrem bisa saja terjadi secara tiba-tiba dan berubah cepat,” imbuhnya.
Meskipun kesiapsiagaan telah dilakukan, namun Toni mengakui keterbatasan sarana dan prasarana operasional yang masih menjadi kendala dan tantangan bagi BPBD Lombok Barat. Beberapa peralatan penanganan darurat memerlukan pembaruan agar dapat digunakan secara maksimal saat terjadi bencana yang lebih besar.
“Kami sedang evaluasi kebutuhan operasional. Meski begitu, untuk dana tanggap darurat (BTT) masih cukup dan kami juga berkoordinasi dengan BPBD Provinsi NTB untuk kolaborasi penanganan,” ungkapnya.
BPBD Lombok Barat kini terus mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana di lingkungan masing-masing, terutama warga yang tinggal di bantaran sungai dan kawasan perbukitan.
Untuk itu, masyarakat diminta segera melapor ke posko BPBD atau aparat desa setempat bila menemukan tanda-tanda bencana seperti tanah retak, pohon miring, atau debit air sungai meningkat tajam. (Tim KM Lobar)
