
MATARAM – Herianto, seorang mahasiswa Program Magister (S2) di Universitas Mataram (Unram), berhasil menarik perhatian panggung global setelah diwawancarai oleh media internasional mengenai perannya dalam gerakan mahasiswa di Indonesia. Namanya muncul dalam laporan majalah berita mingguan Belanda, EW Magazine, edisi 18 Oktober 2025, yang menyoroti kebangkitan gerakan Generasi Z di berbagai negara Asia.
Dalam liputan tersebut, Herianto yang menjabat sebagai Ketua Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), memberikan pandangan strategis mengenai arah gerakan mahasiswa di Indonesia. Berbeda dengan aksi di Nepal dan Bangladesh yang berujung pada lengsernya pemerintah, Herianto menjelaskan bahwa tujuan utama mahasiswa di Indonesia bukanlah untuk menggulingkan rezim yang ada.
“Pemerintahan mana yang akan Anda dapatkan sebagai gantinya? Tetap sama saja! Kami percaya lebih baik mengubah sistem dari dalam,” ujar Herianto dalam wawancara tersebut.
Artikel itu mengulas bagaimana Herianto memimpin demonstrasi besar Generasi Z di seluruh nusantara untuk menentang rencana Presiden Prabowo Subianto yang ingin memberikan posisi politik tinggi kepada kalangan militer, sebuah langkah yang dianggap dapat mengembalikan Indonesia ke era Orde Baru.
Herianto, yang lahir di Lombok dari keluarga sederhana, juga menegaskan visinya agar gerakan mahasiswa tidak berhenti di jalanan. “Tantangan sesungguhnya adalah menjadikan Generasi Z sebagai sebuah institusi, bukan sekadar gejolak sesaat yang padam seperti lilin malam,” katanya. Ia juga menekankan bahwa mahasiswa Indonesia telah menjadi kompas politik di Asia, bahkan mempopulerkan simbol perlawanan seperti bendera bajak laut dari seri manga One Piece yang kini diadopsi dalam berbagai demonstrasi di Asia.
Pengakuan dari media internasional ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi bagi Herianto dan almamaternya, Unram, tetapi juga menegaskan posisi penting mahasiswa Indonesia sebagai agen perubahan yang kritis dan strategis di mata dunia.