Usai mendampingi TGH Patompo Adnan dan Prof. Gatot Dwi Hendro berdiskusi dengan Norviadi Setio Husodo KaBid Perlindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dalam rangka penyusunan Rancangan Perda Cagar Budaya. Kami berkeliling melihat koleksi Museum Gedung Djoeang ‘45 di Jalan Menteng 31 Jakarta Pusat.
Usai mendampingi TGH Patompo Adnan dan Prof. Gatot Dwi Hendro berdiskusi dengan Norviadi Setio Husodo KaBid Perlindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta (03/02/2022)
Adakah hubungan Menteng di Jakarta dengan Mantang di Lombok..? Hehehehe… kedengarannya memang becanda. Tapi kemungkian kesamaan itu bisa terjadi jika ditelusuri secara keilmuan.
Termasuk kesamaan penamaan sebuah pemukiman di Betawi adalah Kebon. Demikian juga di Lombok, ada Kebon Duren, Kebon Kupi, Kebon Daye, Kebon Lauk, dan lainnya.
Seperti juga Kediri, Tegal, Gersik, Panaraga, Wanasaba, Pagotan dan wilayah lain yang juga ada di Jawa dan Lombok.
Belum lagi kesamaan antara masyarakat Betawi dan Lombok dalam tata ruang, pemberian nama seseorang dengan menggunakan panggilan tradisi alias “jejalek” dalam bahasa Sasak merupakan sapaan kemesraan serta tradisi daur hidup dan lain sebagainya.
Begitu pula dengan masyarakat Bima, Dompu dan Sumbawa yang memiliki kesamaan dengan Suku Bugis dan Makassar dalam beberapa hal.
Ini tugas kita untuk menemukan titik temu nasab kesejarahan dari berbagai suku di Nusantara yang saling berkaitan.
Menjadi penting agar diketahui sejarah keturunan nenek moyang kita sehingga dapat meminimalisir pertentangan tentang asal usul serta berendah hati untuk saling menghargai
Apalagi sekarang ini, sudah terjadi pertalian dan persambungan kekeluargaan kekerabatan melalui ikatan perkawinan antar suku dari anak keturunan kita, sehingga kian memperkuat tali persaudaraan dan menghormati serta menjaga harkat martabat sesama anak bangsa.
Saat berkeliling di Museum tersebut, terbayang suasana paikologis Bung Karno dan Bung Hatta ketika melihat mobil dinas yang tersimpan apik di sebuah ruang.
Mobil pertama adalah mobil bernomor plat Rep 1, yang merupakan mobil sedan hitam mewah jenis Buick seri 8, yang dikeluarkan oleh Buick Motor Division dan rilis pada tahun 1939 dengan kapasitas mesin 5247 cc.
Sedan bermoncong panjang ini adalah mobil kepresidenan pertama yang dimiliki pemerintah Indonesia dan digunakan oleh Ir. Soekarno dalam menjalankan tugas sebagai presiden, di tahun 1945-1949.
Kedua adalah Mobil Rep 2. Berwarna putih dan hasil keluaran DeSoto Cabriolet. Digunakan sebagai mobil dinas Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Mobil mewah ini dibuat pada tahun 1938, yang awalnya adalah kepemilikan dari seorang pengusaha di Jakarta yang juga merupakan paman dari Mohammad Hatta.
Terasa kenyal empuk besi per lingkar yang dibalaut kulit coklat sebagai kursinya. Stang setir unik berwarna coklat muda dengan diameter 15 inci ditambah panel manual penunjuk kecepatan dan bahan bakar, kian memperkuat imajinasi masa lalu tentang kokohnya mobil “tempoe doeloe”. (Tim KM)
Bersambung.