Mataram — Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah menerima pelaporan tindak lanjut program Pemberdayaan Desa Dalam Penanganan Stunting dari Saving Next Generation Isntitute (SNGI) di aula Pendopo Wagub pada Selasa (13/12).
Ummi Rohmi menilai bahwa apa yang telah dilakukan SNGI dalam membantu menangani angka stunting di NTB telah melengkapi ikhtiar yang dilakukan oleh pemprov.
“Saya mengharapkan program ini meluas, karena saya melihat polanya sudah bagus, mulai dr pengaanggarannya, kemudian SDM, pelatihan, karena itu semua kunci dari program-program kita, memang mesti ada gotong royong dari semua pihak untuk menuntaskan stunting”, ungkapnya.
Di NTB, Lombok adalah sebagai penyumbang angka stunting terbesar jika dibandingkan kabupaten lainnya, khususnya Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat mengingat memang penduduknya lebih banyak sehingga presentase nya juga besar, maka itu menjadi PR bersama.
“Tapi alhamdulillah di NTB ini penanganan stunting juga berjalan dengan baik karena sinergi kabupaten kota, terbukti dengan turunnya angka stunting yang signifikan dan itu semua disebabkan karena posyandu nya aktif”, jelas Ummi Rohmi.
Diketahui bahwa angka stunting datangnya dari bayi yang baru lahir sehingga edukasi persiapan calon ibu juga sangat penting sejak dini. Apalagi melihat angka anemia cukup tinggi, sehingga pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri SMP – SMA diharapkan lebih masif lagi. Di posyandu juga tidak hanya sampai memberikan saja tapi memastikan itu diminum juga.
Guris Mustakim selaku Founder SNGI juga menjelaskan bahwa mereka juga mengadakan pelatihan untuk desa-desa supaya paham bagaimana menyelesaikan masalah, akar masalah dan bagaimana membuat perencanaan. Setelah itu mereka mendampingi selama hampir satu tahun, jadi selama pelatihan tidak di tinggal begitu saja.
“Jadi harapannya adalah hari ini kami minta restu Bu Wagub untuk memperluas program ini dengan bekerja sama dengan dinas dpmd dan dinas lain supaya harapannya NTB ini jadi role model nasional dalam penuntasan Stunting berbasis desa”, tutupnya. (Nia/Opik/diskominfotik)