TRIBUNJAKARTA.COM – Siapa sangka terlalu sering mengonsumsi makanan tertentu bisa menurunkan daya ingat, dan mengakibatkan pikun di usia muda.
Meski makanan bukan satu-satunya penyebab, tidak ada salahnya menghindari beberapa makanan yang menurunkan daya ingat, untuk mengurangi risiko pikun atau penyakit alzheimer dan demensia.
Lantas, makanan apa saja yang kerap dijumpai sehari-hari dan berpotensi menurunkan daya ingat?
Makanan yang Menurunkan Daya Ingat
1. Gorengan
Makanan yang digoreng akan tampak menggugah selera. Namun, Anda harus waspada, karena terlalu sering mengonsumsi gorengan bisa merusak otak.
Sebuah penelitian yang dilakukan Cambridge University pada tahun 2016 menemukan hubungan antara konsumsi makanan gorengan dengan menurunnya kemampuan kognitif seperti mengingat.
Selain itu, konsumsi makanan gorengan yang terlalu sering bisa menyebabkan peradangan yang bisa melukai pembuluh darah, sehingga mempengaruhi peredaran darah ke otak.
Namun, Anda masih bisa menikmati gorengan dengan beberapa alternatif. Salah satunya menggunakan air fryer, dengan tujuan untuk mengurangi minyak yang masuk ke dalam tubuh.
Lebih baik lagi, jika Anda merebus atau mengukus bahan makanan agar nutrisi tetap terjaga.
2. Makanan karbohidrat olahan
Mengonsumsi karbohidrat olahan seperti pizza, cake, muffin, waffles, dan pancake bisa mempengaruhi daya ingat Anda.
Karbohidrat jenis ini umumnya memiliki indeks glikemik (GI) yang tinggi. Artinya, tubuh Anda akan mencerna makanan dengan cepat, sehingga membuat kadar gula darah melonjak.
Apabila dimakan dalam jumlah banyak, makanan tersebut biasanya membuat kandungan beban glikemik (GL) ikut tinggi. Makanan dengan GI dan GL tinggi, terbukti mengganggu fungsi otak.
Penelitian Depertemen Farmakologi University of New South Wales Austrlia pada 2015 menunjukkan, seseorang yang mengonsumsi makanan dengan kadar glikemik tinggi dalam sekali makan, bisa merusak daya ingat anak-anak hingga orang dewasa.
Hal tersebut disebabkan karena terjadi peradangan pada hipokamus, bagian otak yang memengaruhi aspek memori serta respons terhadap rasa lapar dan kenyang.
Bahkan pada beberapa kasus, peradangan bisa menjadi faktor penyebab penyakit alzheimer dan demensia.
Lebih lanjut, studi terbitan National Library of Medicine pada 2012 mengungkapkan, anak-anak usia enam hingga tujuh tahun yang mengonsumsi makanan karbohidrat olahan memiliki skor kecerdasan nonverbal yang lebih rendah.
3. Makanan ultra proses
Makanan ultra proses adalah makanan dengan tambahan gula garam, dan lemak dalam jumlah tinggi.
Contoh makanan itu seperti keripik, permen, mie instan, popcorn microwave, saus jadi, dan makanan siap saji.
Makanan ini biasanya tinggi kalori dan minim nutrisi lain, sehingga memicu penambahan berat badan. Hal tersebut perlu Anda waspadai lantaran berat badan yang bertambah berkaitan dengan fungsi otak.
Menurut penelitian terbitan Wiley Online Library pada 2015, peningkatan lemak di sekitar organ atau lemak viceral berkaitan dengan kerusakan jaringan otak.
Sementara studi American Diabetes Association pada 2014 menemukan adanya penurunan jaringan otak yang signifikan, bahkan pada tahap awal sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah kondisi yang berkaitan dengan gangguan gula darah, tekanan darah, obesitas, dan kolesterol.
Untuk menghindari makanan olahan, Anda bisa mencoba untuk mengonsumsi makanan segar seperti buah, sayur, kacang-kacangan, daging, dan ikan. Hal tersebut terbukti ampuh untuk mencegah penurunan kemampuan kognitif.
4. Makanan dengan pemanis buatan aspartam
Aspartam adalah pemanis buatan yang sering terdapat pada permen karet, sereal, agar-agar, puding, dan diet coke.
Makanan dengan kandungan aspartam juga dikaitkan dengan masalah kognitif. Hal itu karena aspartam terbuat dari fenilanin, metanol, dan asam aspartat.
Peneliti menyebut, fenilanin dapat menerobos masuk ke sawar darah otak atau lapisan sel yang melindungi otak dari zat berbahaya.
Fenilanin yang melewati sawar otak akan mengganggu produksi neurotransmitter atau sistem saraf yang berfungsi mengontrol aktivitas manusia.
Selain itu, aspartam juga disebut dapat meningkatkan kerentanan otak terhadap stres.
Menurut jurnal terbitan European of Clinical Nutrition tahun 2007, dua faktor tersebut dapat menyebabkan efek negatif pada pembelajaran dan emosi seseorang.
Kendati demikian, aspartam masih aman dikonsumsi asalkan tidak berlebihan.
Lebih baik lagi jika Anda mulai membiasakan diri menghindari makanan yang mengandung aspartam, karena hal itu bisa membantu mengurangi kadar gula berlebih dalam tubuh.
5. Makanan yang tinggi lemak trans
Lemak trans merupakan salah satu jenis lemak tak jenuh yang bisa mempengaruhi kesehatan otak.
Makanan dengan lemak trans yang sebaiknya Anda hindari seperti mentega putih, margarin, frosting, makanan ringan, dan kue kering kemasan.
Sejumlah penelitian menemukan, orang yang mengonsumsi lemak trans dalam jumlah tinggi, cenderung berisiko terkena penyakit alzheimer, mengalami penurunan daya ingat, dan memiliki volume otak yang lebih rendah.
Oleh karena itu, para pakar menyarankan untuk mengganti konsumsi lemak trans dengan lemak yang sehat, seperti asam lemak omega-3 yang terbukti membantu dan melindungi otak Anda dari penurunan kognitif.
Contoh makanan yang mengandung lemak omega-3, yaitu salmon, sarden, chia seed, kacang kenari, dan biji rami.