Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menunjukkan komitmennya dalam mempromosikan pluralisme budaya dan sejarah NTB dengan berpartisipasi dalam Pameran Bersama Cross Musea 2024, yang diselenggarakan oleh Museum 10 November Surabaya, Kamis, (21/10).
Acara yang akan berlangsung pada tanggal 21-24 November 2024 dalam rangka memperingati hari pahlawan 2024 dengan melibatkan 12 peserta museum terkemuka dari seluruh Indonesia, salah satunya Museum NTB untuk memperkenalkan koleksi terbaiknya kepada masyarakat luas.
Pameran yang bertemakan ‘Merangkai Pluralisme, Merenda Persatuan’ bertujuan menyajian kekhasan koleksi-koleksi dari peserta pameran berupa koleksi alam, budaya, maupun sejarah.
Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam menyamoaikan bahwa dalam pameran ini museum NTB menyajikan koleksi naskah kuno dan kain yang dapat mewakili gambaran kebudayaan dari tiga etnis (sasak, samawa, mbojo).
Kedua jenis koleksi tersebut, tambahnya, selain sebagai koleksi unggulan Museum NTB, secara intangible culture memiliki nilai-nilai budaya yang sangat tinggi, seperti nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Selain itu, kedua jenis koleksi tersebut keberadaanya tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan nusantara seperti Jawa, Bali, dan bugis.
“Jadi koleksi yang kita pamerkan ini merupakan salah satu bukti sejarah yang menceritakan kedatangan orang-orang Jawa melalui penyebaran agama Hindu maupun agama Islam di NTB”, tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa pameran ini merupakan kesempatan luar biasa untuk mempromosikan kebudayaan NTB secara nasional. Dengan begitu Ia berharap agar pameran Cross Musea dapat menjadi ajang untuk merajut persaudaraan dalam bingkai keragaman budaya.
“Kita berharap kegiatan bersama ini dapat mempersatukan keberagaman kebudayaan kita di Indonesia”, ucapnya.
Sementara itu, Sekda Kota Surabaya, Ikhsan mengatakan bahwa koleksi yang ditampilkan dalam pameran Croos Musea 2024 ini merupakan koleksi-koleksi yang terbaik dari 12 peserta yang hadir, termasuk Museum NTB yang menapilkan koleksi kain dan koleksi naskah.
Menurutnya, koleksi-koleksi yang merupakan warisan budaya NTB mempunyai manfaat yang luar biasa. Sehingga dirinya berharapa agar koleksi ini terus dilestarikan agar dapat dipelajari oleh generasi muda.
“Kita lihat dari NTB itu tadi, ternyata dari zaman dulu itu sudah ada cara pengobatan untuk anak yang sakit, dan kita lihat tulisannya di lontar tadi betul-betul rapih, bagus dan halus”, ungkapnya.