Harga kebutuhan hidup terus melonjak. Harga Pisang turun naik, harga Susu kembang kempis, sedangkan harga Telur terus menggantung, disisi lain harga Kedelai terus terjepit diantara harga Daging. Anehnya semua produk itu tersimpan dengan rapi. Inilah salah satu analisa Abu Bongoh terhadap harga di Pasar Desa Nyelekit yang terus meningkat.
Iapun merubah haluan dengan berdagang buah semangka. Sebab buah semangka tak sulit didapat di Desa Nyelekit ini. Hamparan sawah Desa dipenuhi dengan semangka bahkan halaman pekarangan wargapun dipenuhi dengan tanaman semangka.
“Semangka manis….. semangka merah…..Ayo beli jika tak manis dan tak merah duit kembali.” Kata Bongoh menjajakan semangkanya.
Tak berselang lama, datanglah pembeli dengan mengendarai sepeda motor dan tanpa menawar langsung membeli sepuluh buah. Semangka dibayar dan si pembeli langsung tancap gas.
Sepuluh menit kemudian si pembeli datang, kacak pinggang dan marah. “Kamu bohong ya!” Bentaknya
“Saya ndak bohong Pak.” Sahut Bongoh.
“Katanya semangka ini isi merah. Kenapa putih begini?” katanya dengan wajah merah.
“Kok Bapak tau kalau semangka itu isinya putih.” Sahut Bongoh.
“Tadi Motor saya jatuh dan salah satu Semangka ini ikut jatuh dan pecah. Setelah saya lihat isinya putih.” Kata se pembeli.
“Lha Bapak ini gimana sih. Jangankan Semangka, bayi saja kalau jatuh dari atas motor pasti pucat pak, makanya hati-hati jangan sampai jatuh lagi.” Kelit Bongoh