Penderita gangguan jiwa di Desa Nyelekit makin meningkat. Ini disebabkan karena adanya tekanan dalam diri seseorang yang tak mampu dihadapi. Penyebabnya bisa beragam, ada yang karena ekonomi, soal rumah tangga, percintaan bahkan soal politik. Apalagi genderang Pemilukada mualai bergema. Bermacam cara para kandidat meraih simpati publik. Mengeluarkan amunisi materi yang berlimpah. Jika berakhir dan kalah maka telah tersedia para Psikolog dan Rumah Sakit Jiwa untuk tempat curhat dan istirahat.
Menyikapi keadaan itu, Abu Macel, Abu Bongoh, Abu Mardut, si Krotek dan Guru Dolle ditugaskan oleh Kepala Desa Nyelekit untuk melakukan penelitian kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa “Sulit Waras”. Mereka menggunakan mobil mewah milik Pak Kades. Dengan bangga mereka mengendarai mobil mewah itu dan Abu Bongoh sebagai sopirnya.
Sejumlah data dan fakta telah diperoleh. Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ban mobil itu kempes tepat di dekat pintu gerbang Rumah Sakit Jiwa. Abu Bongoh turun sambil memaki-maki dalam hati. “Sial, sudah seharian ngumpul sama orang gila sekarang ban mobil ini kempes lagi.” Gerutu Abu Bongoh.
Abu Bongoh lalu turun dari mobil dan mengganti ban mobil yang kempes dengan ban cadangan. Malangnya, saat akan memasang kembali ban mobil, keempat mur jatuh ke dalam lubang saluran air.
“Huh… Sial.. sial.. sial…!” Gerutu Bongoh.
“Terus gimana Ngoh?”, tanya Mardut.
“Ndak tahu, masa kita mesti jalan ke bengkel cari mur?” jawab Abu Bongoh.
Tiba-tiba seorang pasien Rumah Sakit Jiwa yang dari tadi mengawasi mereka nyeletuk, “Ambil aja dari masing-masing roda itu satu mur lalu pasang di situ, nanti kalau sudah ketemu bengkel baru beli mur lagi.” Saran si pasien.
Abu Bongoh tersenyum girang dan mulai melepas satu mur dari masing-masing roda untuk memasang roda yang murnya hilang. Setelah bersusah payah, akhirnya keempat roda sudah terpasang dan mobil sudah siap jalan lagi.
“Bapak kok hebt sekali? Idenya cemerlang? Kenapa bapak bisa di rumah sakit gila ini?” tanya Abu Bongoh pada pasien itu.
“Saya ini gila, bukan bodoh seperti ente,” jawab si pasien sambil ngeloyor pergi.