Usai Road Show dan Talk Show Industrialisasi di Kota Bima, Gubernur NTB Dr. H Zulkieflimansyah, melanjutkan kegiatan yang sama di Kabupaten Bima.
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, kembali menjelaskan bahwa industrialisasi haru dilakukan sebagai sebuah kebutuhan bersama.
“Karena industrialisasi bukan program Bupati atau Gubernur. Industrialisasi sebuah program bersama untuk mengolah bahan dan komoditi tradisional dengan sentuhan teknologi supaya memiliki nilai,”kata Gubernur NTB, Kamis (15/9/2022) di taman Panda Kabupaten Bima.
Dalam Talk Show yang mengusung tema, Peningkatan Kualitas Komiditi Unggulan Kabupaten Bima dan Diversifikasi Produknya, di rangkai Festival Bima Ramah, yang dibuka oleh Ketua Dekranasda Prov. NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati, Gubernur lebih lanjut menjelaskan bahwa pemahaman tentang industrialisasi ini harus dipahami bersama dalam satu persepsi.
“Bagaimana kita awalnya mengelolah komodi atau bahan mentah secara tradisional, kemudian bergerak ke sektor industri,dengan sentuhan alat atau teknologi, sehingga menambah nilai komoditi tersebut, itulah konsep sederhananya industrialisasi. Industrialisasi tidak harus identik dengan pabrik-pabrik besar, namun mengubah produk tradisional agar memiliki nilai tambah,”ungkap Doktor Zul, didampingi Kadis Perindustrian Provinsi NTB, Nuryanti, SE.ME.
Jadi, Industrialisasi adalah mengelolah bahan mentah atau mencegah penjualan bahan mentah lebih banyak ke luar daerah, dan setelah diolah orang diluar daerah, dijual kembali barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi. “Ini yang harus dihindari. Namun kita harus punya kemauan mengolahnya didaerah kita, kemudian baru dijual didaerah lain,”jelas Gubernur Zul.
Doktor Zul juga mengatakan bahwa proses industrialisasi memang tidak sederhana, membutuhkan kemauan yang kuat, kerja keras, perlu keringat dan memerlukan pengorbanan yang tinggi. Produk awal barang memang kualitasnya belum bagus serta harganya mahal. Namun, ada pembelajaran untuk terus berinovasi dan berkreasi menghasilkan produk yang lebih baik.
“Apalagi Bima ini memiliki potensi alam dan komoditi yang berlimpah, seperti bawang maupun garam. Maka harus ada upaya dan keberanian bersama baik masyarakat dan pemerintah untuk berani memulai mengolah bahan ini di Bima,”ajak Gubernur.
Diceritakan Doktor Zul, bahwa banyak komoditas yang dihasilkan di NTB, dibawa dan diolah ke daerah lain. Setelah dikemas dengan sentuhan teknologi, kembali dijual ke masyarakat NTB dalam bentuk produk siap konsumsi atau produk jadi dengan harga jauh lebih mahal dari pembelian komoditinya.
“Saya pernah ke Kota Surabaya ternyata bahan mentahnya dari Sape, Bima. Oleh para pekerja yang terdiri dari ibu-ibu, diolah dan dibersihkan, dikemas dan dimadukan di pendingin besar. Selanjutnya Ikan yang sudah melalui proses pengolahan itu selanjutnya dijual lagi ke konsumen di NTB, terutama di hotel dan restoran dengan harga yang jauh lebih tinggi,”ungkapnya.
Selain itu diakuinya, permasalahan yang sering terjadi di Bima adalah anjloknya harga Komiditi lokal, baik itu gabah, bawang, cabai, tomat dan lainnya. Namun dengan memulai pengolahan terhadap Komuditi tersebut, seperti gabah yang ketika anjlok, diolah secara langsung oleh masyarakat, maka akan berubah menjadi beras yang bisa bertahan lama dibandingkan gabah, selain itu, harganya juga meningkat, dedak bisa untuk pakan ternak dan sebagainya, inilah yang dimaksud industrialisasi.
“Kalau semangat industrialisasi, betul-betul diinternalisasikan oleh kita semua, maka masyarakat akan mencicipi kesejahteran dan kemakmuran,”tutupnya.
Sementara itu, Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri, mengaku bahwa Kabupaten Bima memiliki sejumlah potensi unggulan. Beberapa diantaranya adalah garam, bawang merah dan kain tenun yang khas.
Selama ini, untuk komoditi garam, yang dilakukan oleh petani petambak garam masih melakukan pengelolaan secara tradisional. Tidak menggunakan geoisolator. Alasannya karena masih banyak yang memanfaatkan tambak untuk memelihara udang dan bandeng.
Dijelaskan Ummi Dinda sapaanya, bahwa salahsatu tantangan dalam menjual garam Bima, yaitu kualitas garam yang belum mampu bersaing dengan garam produk luar. Sehingga petani harus mulai belajar untuk menghasilkan kualitas produk yang lebih baik.
‘’Inilah yang menjadi kendala utama sehingga masyarakat yang menghasilkan garam saat ini di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bima masih hanya menjual dengan garam standar yang memang dalam kesempatan kami menjual ke luar daerah, garam itu akan diolah kembali di beberapa tempat yaitu di Surabaya dan di Pati. Barulah mereka mendapatkan harga yang lebih baik,’’papar Ummi Dinda.
Selain garam, komoditas bawang merah juga menjadi atensi Kabupaten Bima. Bawang Bima memang sangat terkenal di masyarakat Indonesia lantaran komoditas ini dikirim ke sejumlah daerah saat panen tiba.
Tetapi hingga saat ini pusat pengolahan bawang merah belum ada di Bima. Alasan lain juga bawang Bima mang kadar airnya tergolong cukup tinggi. Sehingga agak kesulutan diproses untuk dibuat bawang goreng kemasan dalam waktu tertentu untuk dipasarkan.
‘’Oleh karena itu, bawang Bima tak hanya menjadi penyangga saat terjadi gagal penen di daerah lain. Akan tetapi kami berharap melalui dinas teknis provinsi yang berkolaborasi dengan dinas teknis kami di Kabupaten Bima, bisa bersinergi membangun pengelolaan produk bawang merah, sehingga saat terjadi panen melimpah tak menjadi persoalan,’’ pesan Ummi Dinda.
Begitu juga dengan Produk tenun khas Donggo. Saat ini dalam proses dipatenkan oleh Pemkab Bima. Sehingga tenun khas yang memiliki corak dan keunggulan khusus ini, dapat menjadi produk khas Kabupaten Bima.
Kegiatan Talk Show menghadirkan juga Kepala Balai Karantina Bima dan dipandu oleh Penanggung Jawab Harian Suara NTB, H. Agus Talino. Usai kegiatan tersebut, Gubernur menyerahkan sejumlah bantuan kepada pelaku IKM dan UMKM. Kemudian meninjau stand pelaku UMKM.
Hadir pada kegiatan tersebut, Walikota Bima, Wakil Bupati Bima, Kapolres Bima, Dandim Bima, Forkompimda Kab. Bima, Kadis Perindag, Sekertaris Bappeda, kepala Brida, kepala Disdak, Kadis ketahanan Pangan, Kadis Kelautan dan Perikanan, Kadis Koperasi dan UMKM, Kadis Tambun, Kadis LHK, Kadis Peternakan dan Keswan, Kadis DPMPTSP, Kadis Desa dan Dukcapil, Kadis DP3AP2KB, Kepala Bakesbangpol, Karo Ekonomi, Karo Adpim, PLT Karo PBJ, Dirut Bank NTB, GM Geopark Tambora dan sejumlah Kepala Cabang, UPTD Provinsi di Bima. (edy/alif/irfan/diskominfotikntb)