Mataram-Laju Inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dipengaruhi oleh beberapa factor. Hingga bulan Juli 2022 saja tercatat laju inflasi sebesar 1,24 persen. Tren kenaikan laju inflasi ini dominan di pengaruhi oleh angkutan udara, masih tingginya harga tiket pesawat, bawang merah, tomat, ikan bandeng/ikan bolu dan cabe merah.
Pemperintah Provinsi NTB dalam siaran persnya, Jumat (30/9/2022) melalui Plt. Kadiskominfo Prov NTB, Baiq Nelly Yuniart, AP, M.Si menegaskan, jika angka inflasi terus mengalami kenaikan, maka Pemprov NTB oftimis akan bisa melampaui target sebesar 2,5-6 persen.
Menurut Nelly, berdasarkan Rilis BPS Prov NTB yang juga dilansir Biro Perekonomian Setdaprov NTB menyebutkan, kenaikan inflasi bersama dengan pertumbuhan PDRB saat ini masih berpotensi meningkat seiring dengan semakin pulihnya kondisi pariwisata yang semakin membaik. Selain itu sector transportasi akibat pencabutan retriksi mobilitas dan sector pertambangan yang semakin meningkat produksinya.
Selain itu kata Nelly, kerjasama OPD teknis terkait dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan para pelaku usaha di Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Operasi Pasar Murah (OPM) secara intensif menjadi rekomendasi kegiatan yang bia menjadi upayav untuk pemulihan ekonomi NTB ke depannya.
Nelly juga menambahkan, hal lain yang dilakukan yakni monitoring dan evaluasi terhadap kenaikan harga gas elpiji 3 Kg dan HET minyak goring curah di pasaran. Dalam hal ini Pemprov NTB dan TPID tetap berupaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif di Provinsi NTB melalui sector pariwisata dan pengadaan vaksin booster ketiga.
Sementara itu perkembangan inflasi di Prov NTB hingga Agustus 2022 sebagaimana dilansir dari Prees Release Bank Indonesia Perwakilan NTB menyebutkan, hingga Agustus 2022, Provinsi NTB mengalami deflasi sebesar 0,79 (month to month/mtm). Hal ini menunjukkan tekanan inflasi bula Agustus menurun dibandingkan pada bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,24 % (mtm). Angka deflasi Prov NTB tercatat lebih rendah dibandingkan nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,21 % (mtm) dan angka historis selama 3 tahun (2019-2021) yang deflasi sebesar 0,19% (mtm).
Meski demikian, sambung Nelly, inflasi tahunan provinsi NTB tercatat sebesar 5,88% (yoy), masih lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,69% (yoy). Deflasi Provinsi NTB bulan Agustus 2022 bersumber dari kelompokVolate Food (VP) dan Administered Prices (AP) yang masing-masing tercatat mengalami deflasi 3,53% (mtm) dan 0,73% (mtm). Selain itu ada kelompok Core Inflation (CI) masih mengalami inflasi sebesar 0,18% (mtm)
Adapun kelompok inti (CI) tercatat masih mengalami inflasi yang utamanya disumbang oleh kenaikan harga mobil sejalan dengan keanaikan permintaan. Dalam rangka pengendalian inflasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB telah melakukan beberapa upaya pada bulan agustus 2022.
Menyikapi pokok-pokok bahasan di atas diusulkan dan direkomendasikan kepada TPID langkah-langkah pengendalian jangka pendek dan menengah panjang. Diantaranya jangka pendek melalui Quick Wins dengan melakukan opm untuk komoditas yang berpontesi meningkat harganya seperti telur ayam dan beras.
Selanjutnya melakukan monitoring dan pengetatan harus masuk dan keluar di pelabuhan terhadap komunitas-komunitas pangan strategis. Mengintensifkan sidak khususnya terhadap komoditas gas elpiji 3 kg dan HET minyak goring curah. Komunikasi kebijakan belanja cerda – bijak dan variasi pola konsumsi bekerja sama dengan Dinas Komunikasi Informastika dan Statistik, Bank Indonesia, dan Dinas Perdagangan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Mengoptimalkan kerja sama Antar Daerah (KAD) antar kabupaten/kota di provinsi NTB maupun dengan daerah-daerah lainnya di luar NTB. Secara khusus, di tengah kondisi tekanan harga yang meningkat untuk sejumlah komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang merah, KAD kan di proritaskan untuk pemenuhan pasokan di wilayah intra NTB. Memperbaiki kualitas neraca pangan surpulus-defisit di masing-masing kabupaten/kota se-Provinsi NTB.
Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang diantaranya bias dilakukan dengan meningkatkan produktivitas sector pertanian melalui updating teknologi/metode budidaya dan penjjakan peralihan budiday semiorganik serta organic secara lebih msif untukmengantisipasi potensi kelangkaan pupuk yang kerap terjadi di Prov NTB.
BI NTB juga turut mendukung upaya ufgrading skills sejumlah kelompok tani /ternak di NTB mellaui pemberian bantuan teknis berupa pelatihan integrated farming, peltihan dan fasilitasi demplot double chromosome, peltihan pembuatan pakan ternak serta bantun teknis lainnya kepada kluster-kluster binaan. Mengutamakan BUMD jadi offtaker klebutuhan pangan strategis. (her/Kominfotik)