CERITA LANGSUNG
Mendengar cerita dari Kiyai dan Tuan Guru tentang Karomah Syekh Abdul Qadir Jailani tentu sering diperoleh ketika menjadi santri.
Akan sangat berbeda manakala mendengar cerita secara langsung dari Zurriyatnya Syekh Abdul Qadir Jailani.
Malam 16 Rajab 1444 H di Stadion Delta Sidoarjo pada peringatan 1 Abad NU adalah saksi sejarah bagi pribadi, ketika Cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Jailani, Professor Doktor Syekh M. Fadhil Jailani Hasani menuturkan kisah karomah itu kembali.
Karomah itu tak lain adalah kisah saat Syeikh Abdul Qadir Jailani hendak pergi menuntut ilmu dan Ibunya berpesan “Berkatalah yang Jujur dan jangan pernah Berbohong”
Kebahagiaanmu ada dalam Kejujuran
Ilmumu ada dalam kejujuranmu
Hikmahmu ada dalam kejujuranmu
Derajatmu ada dalam kejujuranmu
Ma’rifatmu pada hakikatnya ada dalam kejujuranmu
Setelah mendengar nasihat Ibunya, Syekh Abdul Qadir Jailani mengatakan bahwa selama hidupnya ia tak pernah berbohong dan tak pernah bersumpah atas nama apapun.
Karena orang yang jujur itu martabatnya satu tingkat dibawah Nabi, setelah itu derajat Syuhada dan Derajat Orang Sholeh.
Sementara Berbohong derajatnya para Syaithon dan Bohong adalah derajat kedua setelah Syaithon
Karena Allah melaknat para Syothon dan para pembohong
Para pembohong dijauhkan dari Rahmat Allah
Para pembohon tidak berkah Rizkinya
Para pembohong tidak ada nilainya di mata masyarakat
Kisah inilah kemudian viral di seantero jagat raya melalui Kitab Sirrul Assror – Rahasia dibalik Rahasia.
Para penempuh Thoriqoh Qadiriyah melalui
Mursyid masing-masing tentu sudah lazim mengaji kitab- kitab Sultonal Auliya’ ini
Namun kisah tentang pesan seorang Ibu kepada Anaknya yang didengarkan langsung dari Zurriyat Syekh Abdul Qadir Jailani memiliki energi tersendiri karena sedang berada di medan magnit barokah yang tak mampu diurai oleh ilmu modern.
Syekh M. Fadhil Jailani Hasani adalah Peneliti pertama kitab-kitab manuscrip kakeknya dan sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
——————————-
REKOMENDASI NU
Esok harinya mendengar Rekomendasi NU yang dibacakan oleh KH Musthofa Bisri dalam Bahasa Arab dan Yenny Wahid sebagai Penerjemah.
Intinya NU turut serta melaksanakan Perdamaian Dunia melalui Ukhuwah Bashoriyah.
Menurut NU Piagam PBB memang tidak sempurna dan harus diakui masih mengandung masalah hingga saat ini.
Namun demikian Piagam PBB itu dimaksudkan sebagai upaya mengahiri perang yang amat merusak dan praktik biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah manusia.
Karena itu NU mendesak PBB untuk mengembangkan Fiqih Baru guna menegakkan peradaban manusia yang damai dan harmonis
Melalui NU saya diajarkan mencintai Allah Subhanahu Wata’la
Melalui NU saya dibimbing untuk Mencintai Rasulullah Muhammada Shallallahu Alaihi Wasallam
Melalui NU saya diajarkan untuk mencintai saudara dalam Iman dan Islam
Melalui NU saya dididik untuk mencintai saudara sebangsa setanah air. ( Fairuzzabadi )