Marhaban ya Ramadhan, bulan yang kita nanti. bulan Ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah, maghfirah dan ampunan.Suatu kegembiraan yang tiada tara bergetar pada setiap sanubari kita, yang menggerakkan urat nadi dan saraf-saraf kita, hingga tergerak dalam relung hati kita suatu kebahagiaan yang tiada tandingannya. Bulan Ramadhan adalah bulan yang kita nanti, setahun lamanya telah berlalu, hingga kita dipertemukan kembali dengan bulan yang mulia yaitu Ramadhan. Marhaban ya ramadhan, syahru al-shiyam.Dalam kontek puasa, sejatinya merupakan ibadah khusus (mahdah) yang diniatkan untuk menahan hawa nafsu. Para mufassir terkemuka seperti Imam ar-Razi, az-Zamakhsyari hingga Ali as-Shobuni menyepakati bahwa Puasa merupakan sarana menahan diri dari makan dan dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Ini merupakan definisi sejarah fiqih.Namun secara esensi puasa sejatinya adalah menahan hawa nafsu dari segala keburukan.
Itulah mengapa Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin membagi tingkatan puasa kepada tiga tingkatan. Puasa tingkatan pertama, adalah puasa dengan hanya memenuhi kriteria puasa dalam fiqih, yaitu menahan hawa nafsu dari lapar dan haus, inilah model puasa orang pada umumnya.Namun jika kita menginginkan naik kelas, maka kita harus memenuhi kriteria puasa tingkat kedua, yang menurut al-Ghazali dengan menahan diri dari hawa nafsu untuk melakukan keburukan secara lebih umum. Sebagaimana Sabda Rasulullah, bahwa, “Puasa adalah perisai dari neraka sebagaimana perisai salah seorang di antara kalian untuk perang” (HR. Ahmad).Pada momentum Ramadhan ini seharusnya umat muslim memperbanyak kegiatan produktif sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW, diantaranya adalah dengan memperbanyak amal ibadah kebajikan, baik yang khusus maupun yang umum. Diantara amal ibadah khusus ialah menjalankan puasa, memperbanyak shalat sunnah, sedekah dan tadarus al-Qur’an. Sementara diantara amal ibadah umum adalah giat bekerja, menambah wawasan keilmuan dengan berorganisasi atau belajar dan kuliah. Sebagaimana dinyatakan dalam (QS. Al-Mujadilah [58]: 11) bahwa orang yang senantiasa menuntut ilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding yang tidak, “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.Jadikanlah Puasa Spirit ProduktifSebuah kata hikmah menyatakan “tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Ya ini benar, jika tidurnya orang yang berpuasa tadi menghindarkan dirinya dari perbuatan negatif yang dapat merusak atau membatalkan ibadah puasa.Namun, jika kita melihat dari sisi yang lain, jika tidurnya (orang yang berpuasa) saja adalah ibadah, maka aktivitas positif yang dilakukan selama seharian akan memberikan multiplier ibadah, sehingga pahala yang didapatkan oleh orang yang berpuasa menjadi berlipat ganda.Puasanya saja memiliki pahala yang berlipat, bagaimana jika dijalani bersamaan dengan aktifitas-aktifitas lain yang pastinya dapat mendatangkan pahala pula. Sebagian kalangan melaluinya dengan tetap bekerja, menjalankan organisasi maupun belajar. Bagi para mahasiswa, sebab tidak ada edaran libur dan memang tahun akademik masih berjalan, maka harus menjalani hari – hari di bulan Ramadhan ini bersamaan dengan perkuliahan dan organisasi di kampus.Dengan waktu kita selama 24 Jam dalam sehari maka isilah waktu dengan penuh keberkahan dengan hal yang produktif. perkuliahan yang mulai diselenggarakan secara offline di kelas, maka perkuliahan kali ini memiliki kesannya tersendiri. Sebab tahun akademik ini adalah dimulainya pelonggaran peraturan jam untuk perkuliahan di kelas, di lain sisi diselenggarakan pada saat bulan Ramadhan. Dua perasaan excited sekaligus menggelayuti hati para mahasiswa. Gembira untuk berkuliah, sekaligus gembira menyambut bulan Ramadhan.Dalam rangka mencegah terjadinya learning loss, yaitu hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik itu secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik dan organisasi karena faktor tertentu, upaya produktif dikala ramadhan dengan terus belajar mengasah diri dalam organisasi dan melanjutkan perkuliahan ini sangat diperlukan.Jangan sampai usaha kita untuk menyelamatkan diri dari kebodohan, justru membahayakan jiwa kita dengan abai terhadap kesehatan juga. Sebab mencerdaskan diri dan menjaga jiwa dari marabahaya merupakan dua hal yang penting, sebab akan sia-sia kecerdasan tanpa kesehatan, dan tak berarti apa-apa kesehatan dan tanpa kecerdasan. Kalok di dunia pertanian saya mengibaratkan Bulan Ramadhan ibarat lahan luas yang sangat tergantung kepada kita bagaimana mengelolanya. Lahan yang memiliki tanah subur sehingga ketika kita menanam akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal, dan itulah gambaran berkah Ramadhan. Semoga di tahun ini kita dimudahkan dalam menjalankan segala aktivitas produktif selama Ramadhan. Aamiin.