Mataram — Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah, menegaskan bahwa memilah sampah dari rumah merupakan langkah awal untuk turut menyelamatkan ekosistem. Hal itu disampaikan pada saat menjadi keynote speaker webinar series TP.PKK Provinsi NTB “Kesiapsiagaan Bencana Musim Penghujan Dari Rumah” dengan tema “Kebijakan Zero Waste Dalam Mewujudkan NTB Gemilang” melalui zoom meeting pada hari kamis (05/01).
“Pilah sampah dari rumah adalah faktor terpenting dan terbesar dalam kita mengelola sampah, bagaimana bank sampah terkelola dengan baik, semua adalah cara agar ekosistem kita tidak terancam”, ungkap Wagub NTB.
Ketidaksadaran untuk memikirkan kondisi alam dalam memenuhi kebutuhan mengakibatkan kondisi lingkungan dari waktu ke waktu membutuhkan perhatian khusus dan serius, karena dapat mengakibatkan sering terjadinya bencana alam, longsor, perubahan iklim dan lain sebagainya.
Perubahan iklim, musim hujan dan kemarau yang tidak menentu juga terkadang menyebabkan pekerjaan menjadi terganggu, dan itu semua karena ekosistem telah terganggu oleh ulah manusia sendiri.
Emisi gas kaca, pemanasan global sudah menjadi hal yang sangat emergency untuk ditangani bersama. Tentu ini menyebabkan ekosistem dan keseimbangan di bumi terganggu.
Dalam mengatasi itu semua, di NTB memiliki beberapa program yang salah satunya yaitu NTB Bersih atau Zero Waste, tentang bagaimana mengelola sampah, agar sampah tidak jadi musibah, dan bagaimana di pilah agar bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat.
“Sumber dari banyak permasalahan sampah adalah sampah organik yang di hasilkan seperti dari bekas makanan dan lain sebagainya. Sampah organik ini kalau tidak di pilah bisa menyebabkan bau, penyakit. Itulah mengapa pentingnya pilah sampah dari rumah. Sehingga PKK, Dharma Wanita, BKOW dan organisasi lainnya sangat besar perannya agar bagaimana di NTB ini bisa memilah sampah dari rumah”, papar Ummi Rohmi.
Bagaimana agar memilah sampah dari rumah di kampanyekan secara masif dan bersungguh-sungguh bersinergi maka impact nya luar biasa bagi NTB. Sehingga resiko sampah menjadi penyakit hilang.
Selain itu, Ummi Rohmi juga menyampaikan bagaimana agar desa tangguh bencana, masyarakatnya paham dengan potensi bencana yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal, bisa terproteksi agar semua bisa tanggap bencana.
“Semangat semua, sehat, terus berkolaborasi, mulai dari rumah, mari kita pilah sampah dari rumah, pilah antara sampah organik dan anorganik, karena dengan memilah sampah lah kita bisa memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan di NTB ini”, tutup Ummi Rohmi.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Nusa Tenggara Barat (NTB), Hj. Niken Saptarini Widiyawati Zulkieflimansyah juga menjelaskan bahwa perubahan iklim dan efeknya tanpa di sadari merupakan dampak dari pola hidup yang kurang positif selama ini.
Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan pertambahan jumlah sampah serta pengelolaan yang belum baik. Ditambah dengan pola hidup konsumsif saat ini karena dari total keseluruhan sampah yang ada sekitar 62% berasal dari sampah rumahtangga.
“Semua akan bermuara kepada kita sendiri, misalnya kita meninggalkan sampah di plastik sembarangan, kemudian hilang, sampah dibawa kesungai kemudian laut, sampah di laut dengan efek pemanasan global plastiknya akan mencair, kita kira hilang ternyata tidak, plastik berubah menjadi mikroplastik, dimakan oleh ikan, ikan ditangkap kemudian kita makan, akhirnya kita sedang meracuni diri kita sendiri karena didalam ikan itu banyak penyakitnya”, jelas Bunda Niken.
Maka diharapkan semua memiliki paradigma yang sama, mengubah pola pikir, memberikan pendidikan sejak dini kepada anak-anak untuk membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, memperhatikan lingkungan, bersikap aktif dalam menyelamatkan bumi makan akan memberikan dampak yang signifikan. (Diskominfotik)