Mataram — Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah mengajak Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Nusa Tenggara Barat perbanyak gerakan dalam menangani stunting.
Hal itu disampaikan pada saat menerima audiensi Pita Putih Indonesia di ruang kerja Wagub, pada Senin (27/02).
“Karena kita sudah on the right track, yang harus kita fokuskan sekarang yaitu kualitas yang di desa dan dusun. Dan kuncinya memang kini gerakan, karena hampir semua sudah kita ikhtiarkan,” jelas Wagub NTB.
Maka otomatis yang di butuhkan saat ini bagaimana kabupaten sampai desa dusun satu irama. Yang pertama pemberian tablet tambah darah, itu sudah ada program nya, program untuk SMA SMK dan ibu hamil.
Yang ke dua program bakti stunting yang mana menggerakkan anak-anak SMA SMK SLB ini untuk menyumbangkan telur seikhlasnya.
Ia juga berharap Pemprov NTB mulai Maret ini melakukan gerakan dari ASN secara sukarela menyumbang, koordinasi dengan OPD masing-masing seikhlasnya yang penting konsisten. Tidak ada paksaan.
Gerakan sumbang telur ini butuh pengawasan, melalui dinas kesehatan kemudian kepala puskesmas menyalurkan ke posyandu hingga kader, dan disinilah peran PKK, dimana PKK desa bisa membantu meyakinkan sumbangan telur itu sampai ke anak stunting.
“Sekarang posyandu itu menjadi sesuatu yang dipentingkan, orang mulai senang datang ke posyandu, mulai merasa dengan mengaktifkan posyandu begitu banyak yang terbantukan . Sekarang tinggal teknisnya saja kasi penambah darah, telur dan edukasi, sekali lagi kuncinya itu komitmen,” tegas Ummi Rohmi
Kini yang harus dilakukan juga bagaimana meyakinkan pendamping desa, menyiapkan peralatan standar posyandu, seperti timbangan elektrik. Kemudian training kader secara besar, PMT dan Pokjanal berbasis desa. Sehingga dengan intervensi yang benar, posyandu dan kader aktif, stunting tidak perlu dibuat stress, asalkan sistem sudah berjalan baik.
Sementara itu Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Nusa Tenggara Barat (NTB), Hj. Niken Saptarini Widiyawati Zulkieflimansyah juga menyampaikan bahwa gerakan seperti ini memang harus di push sehingga menyempurnakan program-program yang sudah berjalan. Koordinasi dan sinergi sangat dibutuhkan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS juga menyebutkan kini faktor terbesar setelah mengintervensi ada di ibu hamil, jadi harus terbebas dari anemia dan ibu hamil harus sehat.
“Kontribusi ibu hamil tidak anemia adalah untuk mencegah anak stunting,” katanya.
Selain protein hewani seperti telur harus dijaga agar benar-benar sampai ke anak stunting yang harus dijaga ketat, intervensi lingkungan yang sehat juga sangat berpengaruh signifikan terhadap kesehatan. (diskominfotik)