Pengelolaan Garam Nusa Tenggara Barat

Pendahuluan
Indonesia memiliki garis pantai yang sangat panjang, dengan total panjang mencapai lebih dari 108.000 kilometer, menjadikannya negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjangnya garis pantai Indonesia ini disebabkan oleh geografis negara yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, yang terbentang dari Sabang di barat hingga Merauke di timur. Potensi garis pantai ini sangat besar untuk pengembangan berbagai industri maritim, termasuk perikanan, pariwisata bahari, serta produksi garam. Di beberapa wilayah, terutama di Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, dan Madura, garis pantai dimanfaatkan untuk produksi garam, meskipun masih banyak tantangan terkait kualitas dan teknologi produksi yang digunakan.
Garis Pantai dan Potensi Lahan NTB memiliki garis pantai yang cukup panjang, terutama di Pulau Lombok dan Sumbawa. Beberapa wilayah di NTB, seperti Kabupaten Bima, Kabupaten Sumbawa, dan Lombok Timur, memiliki lahan potensial untuk produksi garam. Produksi Garam di NTB tahun 2021, menghasilkan sekitar 75 ribu ton garam, dengan potensi pengembangan yang lebih besar jika teknologi dan infrastruktur ditingkatkan. Produksi ini berasal dari petani garam di berbagai kabupaten, terutama di wilayah pesisir.
Pasar Garam NTB
Lahan Tambak Garam, diperkirakan NTB memiliki sekitar 9.789,92 hektar lahan potensial untuk tambak garam, namun baru sebagian kecil (2.403,91 Hektar) yang digunakan secara efektif dengan produksi 155,721.78 Kg (155,721 Ton).
Sementara kebutuhan garam di NTB mencapai 46.591,80 Ton terdiri dari (a) konsumsi rumah tangga 9.149.978, 78 Kg, industri pangan 24,757,824.00 Kg dan Industri non pangan 12,684,000.00 Kg. Hal ini menunjukan bahwa produksi garam NTB masih surplus sebesar 109.129 Ton (Dinas Perindustrian NTB).

Data produksi garam NTB tahun 2020-2022 cenderung mengalami penurunan. Jika dirincikan, produksi garam lokal terbesar ada di Kabupaten Bima dengan angka 77.740 ton. Kemudian, Sumbawa 4.336 ton dan Lombok Timur 2.386 ton. Disusul Loteng 975 ton, Lombok Barat 603 ton, lahan integrasi Lombok Barat 359 dan Kota Bima 31 ton. Kontribusi terbesar garam di NTB ini berasal dari Kabupaten Bima (Dinas Kelautan dan Perikanan NTB).

Pasar Garam Nasional
Indonesia masih mengimpor sebagian besar garam industri, meskipun produksi garam lokal, seperti dari NTB, bisa memenuhi kebutuhan garam konsumsi. Garam lokal umumnya digunakan untuk keperluan rumah tangga, sementara garam industri memerlukan kualitas lebih tinggi dengan kadar NaCl di atas 97%.
Kebutuhan garam nasional pada tahun 2021 diperkirakan sekitar 4 juta ton per tahun, dengan produksi lokal hanya mampu memenuhi sekitar 2,2 juta ton. Ini membuka peluang besar bagi pengembangan industri garam lokal, termasuk di NTB.
Tantangan Pasar Garam NTB
Kualitas Garam: Salah satu tantangan utama pasar garam NTB adalah kualitas yang kurang memadai untuk memenuhi standar industri. Garam dengan kadar NaCl rendah tidak dapat digunakan dalam industri kimia, farmasi, atau tekstil.
Harga Pasar: Harga garam lokal seringkali lebih rendah dibandingkan garam impor karena kualitas yang lebih rendah dan biaya produksi yang tinggi. Hal ini membuat garam lokal sulit bersaing di pasar industri.
Peluang Pasar Garam NTB
Diversifikasi Produk Garam: Selain garam konsumsi, NTB dapat mengembangkan produk garam olahan seperti garam beryodium atau garam untuk kebutuhan spa dan kosmetik, yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Ekspor: Dengan perbaikan kualitas, NTB berpotensi mengekspor garam konsumsi ke negara-negara yang memerlukan suplai garam, seperti Malaysia dan Filipina atau juga menjadi pensupplai kebutuhan garam Nasional.
Penutup
Potensi garam NTB sangat tinggi dan memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan garam Nasional dan ekspor. Pengelolaan dengan menggunakan teknologi modern dapat dipertimbangkan untuk menghasilkan garam yang lebih berkualitas dan memenuhi kebutuhan garam industri. Semoga ..(Oleh: Andi Pramaria Widyaiswara Ahli Utama Balatkop UKM NTB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *