Pendidikan & Production House

Film adalah salah satu rumpun seni literasi digital yang menghasilkan suara dan gambar bergerak. Audio visual istilah krennya. Sebuah media yang mampu menggiring penontonnya dalam emosi. Susah senang sedih gembira benci dan rindu hingga cinta sebagai puncaknya. Tersaji dalam adegan demi adegan yang dinilai sejumlah kalangan sebagai media efektif menyampaikan pesan.

Ramuan emosi yang dituangkan dalam gambar bergarak tersebut membutuhkan sejumlah pemenuhan faktor utama dan unsur pendukung. Mulai dari Penulis Skenario, Sutradara, Juru Kamera, Penata Artistik, Penata Suara, Penata Cahaya, Penata Gambar serta sejumlah pemain alias aktor aktris hingga penggagas ide cerita.

Faktor dan unsur itu dikelola secara profesional oleh sebuah Production House atau Rumah Produksi yang kemudian pemiliknya disebut Eksekutif Produser. Dialah penyedia sarana dan prasarana agar karya film bisa dinikmati termasuk penyandang dana.

Semua harus bekerja sesuai JobDesknya. Observasi lapangan dilakukan sebelum menyusun skenario. Story Board didesain agar Juru Kamera dan Penata Gambar dengan mudah menterjemahkan arah Skenario dan kemauan Sutradara.

Demikian pula dengan Penata Artistik dan Penata Suara. Bertugas memaksimalkan keindahan gambar melalui benda artistik yang disesuaikan dengan ide cerita serta suara yang mampu mengaduk emosi penonton. Namun harus diingat, sebuah karya film tak bisa tayang dan ditonton jika tak ada aktor dan aktris sebagai pemeran utama termasuk pemeran pendukung.

Itulah sebabnya aktor aktris memiliki perhatian lebih dan istimewa. Pemeran utama dan Pemeran Pendukung adalah faktor terjadinya sebuah karya film sehingga dimanjakan. Memang begitu seharusnya.

Pemeran Utama dilayani istimewa usai melakukan shooting adegan demi adegan. Dipayungi usai beradegan di bawah terik matahari. Diselimuti usai berperan yang mengharuskannya diguyur hujan. Bayarannyapun berbeda. Memang harus demikian, karena mereka adalah faktor utama sebuah karya film.

Apalagi diera digital saat ini. Artificial Intelligent atau Kecerdasan Buatan menyediakan kemudahan itu. Para pemeran bisa sekaligus bertindak sebagai pemenuh unsur pendukung. Itu terbukti dengan lahirnya sejumlah sineas muda tanpa harus menempuh pendidikan khusus. Cukup unduh di internet. Mau gratis atau berbayar sudah tersedia. Amati, tiru, modifikasi dan praktikkan. Hasilnya? Banyak festival yang memfasilitasi.

Mengelola pendidikan tak jauh beda dengan memahami sebuah karya film. Gagasan mendasarnya adalah “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” terdapat dalam lembaran konstitusi.  Diterjemahkan dengan hak otonomi oleh Kepala Daerah sebagai Eksekutif Produser dan pemilik Production House. Tertulis dalam Visi Misinya sebagai ide cerita dengan target tayang selama lima tahun, sehingga judul film bisa dibuat berseri.

Penulis Skenario dan Sutradara adalah Kepala Dinas yang menuangkan Ide Cerita melalui program kerja kreatif dan inovatif. Sementara Kepala Bidang dan jajarannya bertindak selaku Penata Artistik, Penata Suara, Penata Gambar, Juru Kamera, Penata Cahaya dan lain sebaginya sesuai dengan JobDesk yang diamanahkan kepadanya. Bukan ikut menjadi aktor dan aktris, apalagi bertindak selaku Sutradara.

Sedangkan Kepala Cabang Dinas dan jajarannya dalah helper, bertugas mengkoordinasikan dan membantu  mempersiapkan lokasi shooting serta para pemainnya agar aman dan nyaman sesuai kebutuhan sutradara, terutama saat para pemeran film beraksi. Ingat fungsi koordinasi.

Para Pengawas adalah Supervisor yang memastikan jalannya setiap adegan saat diperankan para aktor dan aktris sesuai skenario. Kepala Sekolah adalah Asisten Sutradara yang secara intens, mengarahkan, memfasilitasi dan melayani serta mengontrol jalannya adegan demi adegan sesuai Skenario Sutradara. Sementara Financial Officer adalah Tata Usaha Sekolah yang memafasilitasi kebutuhan di lokasi shooting.

Pemeran utama alias aktor aktris adalah peserta didik dan pendidik yang memerankan seluruh adegan turun naiknya Indeks Pembangunan Manusia. Sekolah adalah lokasi shooting.

Beberapa serial film dan episode telah disusun bersama dalam beberapa judul. Gemilang Karya, Gemilang Prestasi, SLB Vokasi hingga Sabtu Budaya dan Ayo Bercita-cita adalah judul Film yang menyajikan adegan belajar guna peningkatan keterampilan akademik dan non akademik dengan cara menyenangkan. Enjoy Full Learning sebutan kekinian.

Dalam serial ini terdapat juga adegan mengurangi Angka Putus Sekolah dan meningkatkan Angka Lama Sekolah melalui Sekolah Terbuka dan Sekolah Alam. Sedangkan untuk mengurangi Angka Putus sekolah dan Harapan Lama Sekolah dibuat adegan Guru Tamu dan Guru Kunjung.

Ketika adegan aktor utama harus berperan membantu orang tua di ladang saat panen jagung misalnya, pemeran guru kunjung akan menuju sawah dan terjadilah dialog yang menyenangkan sambil menghitung berat jagung saat ditimbang serta keuntungan yang diperoleh.

Akibat panas terik matahari bisa dipelajari perubahan kimiawi warna pada tumbuhan, sehingga secara alami petani dapat mengetahui waku panen. Kepulan asap mesin, hembusan angin dan gerakan gelombang laut hingga sekuntum bunga mekar menyapa mentari diserta bulir embun di permukaan daun, menjadi adegan pembelajaran mengasyikkan yang adegannya bisa dilakukan di luar kelas.

Bahkan adegan para aktor aktris saat berperan dalam permainan rakyat dan olahraga tradisional bisa dijadikan bahan ajar. Bukankah semua peristiwa bisa menjadi materi mata pelajaran?

Tiap serial dan episode akan melahirkan sejumlah adegan yang menyenangkan, mengasyikkan dan menghasilkan dengan kemasan skenario kurikulum Merdeka Belajar. Dibutuhkan kreatifitas antar para pemeran di lokasi shooting untuk saling memberi dan menerima naskah kurikulum yang terdapat dalam Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI).

Bertrilyun-trilyun rupiah dikucurkan sepanjang tahun untuk memastikan meningkatnya  keterampilan akademik dan non akademik peserta didik dan tenaga pendidik sebagai aktor utama dalam memainkan lakon pendidikan ini. Dana Alokasi Khusus (DAK), Biaya Operasional Sekolah (BOS) hingga Biaya Penyelenggaraan Pendidikan (BPP). Yang utama justru APBN sebagai Gaji dan APBD sebagai Jasa Jam Mengajar (JJM) menjadi energi mesin penggerak pembangunan manusia.

Menteri, Gubernur, Butapi dan walikota serta Kepala Dinas sebagai penentu kebijakan saling bergantian setiap orde. Konsep dan metode pembelajaran terus berbenah hingga ahirnya Merdeka Belajar menjadi kurikulum pamungkas dalam satu dasawarsa terahir ini, meski perdebatan tentang kurikulum ini masih terjadi. Namun pembelajaran wajib dilaksanakan untuk memfasilitasi pengetahuan agar mampu mempertahankan hidup dengan tingkat keilmuan masing-masing.

Data Badan Pusat Statistik masih memberi posisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB berada pada urutan 29 dari 34 Provinsi tahun 2021. Namun para aktor dan seluruh unsur serta pendukung tetap optimis menjalani setiap adegan.

Terbukti setelah skenario dimainkan, BPS merilis Angka Lama Sekolah dari 7,03 tahun 2018 meningkat menjadi 8,13 di tahun 2021. Sementara Angka putus sekolah mengalami penurunan dari 0,005% tahun 2018 menjadi 0,0015% tahun 2021. Itu dipicu oleh program Sekolah Terbuka yang dimulai sejak 2020.

Belum lagi angka serapan kerja untuk kelulusan SMK. Sektor jasa dengan Bidang Keahlian Seni dan Industri Kreatif mendapat nilai tertinggi mendongkrak Nilai Pertumbuhan Bidang Usaha sejak 2018 dengan skor 13,13. Disusul Bidang Keahlian Pariwisata dengan skor 12,71 yang menyediakan akomodasi  dan makan minum, serta skor selanjutnya sebesar 11,99 adalah Bidang Keahlian TIK.

Sejak dinobatkan sebagai Pemilik Rumah Produksi, Eksekutif Produser tentu sudah memiliki rekam jejak menunjuk Sutradara dan Penulis Skenario saat ini. Para Penata Gambar, Suara, Artistik dan Juru Kamera serta Asisten Sutradara sudah on the track mengikuti skenario, meski beberapa adegan harus shooting ulang untuk penyempurnaan hasil karena sering bertindak sendiri mengendalikan Asisten Sutradara.

Jangan sampai direcoki oleh kepentingan politik praktis sebagaimana pidato Gubernur Zul saat penutupan Lomba Karya Siswa di Sumbawa beberapa pekan lalu yang meminta para guru dan Kepala Sekolah tidak dipolitisasi dan tidak ikut berpolitik.

Dalam pidato motivasinya saat itu juga Bang Zul berumpama, yang intinya bahwa seekor Elang yang gagah akan bermental Ayam jika dipelihara seekor Ayam. Dan seekor Ayam akan bermental Elang jika dipelihara Elang.

Perumpamaan ini memantik semangat untuk menemukan pemikiran baru, kreatifitas baru dan inovasi baru sesuai zamannya. Semoga Bang Zul memberi perhatian serius kepada semua OPD yang bekerja profesional meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB, agar seekor Ayam bisa terbang seperti Elang. [Fairuz Abadi – Kepala Bidang Kebudayaan Dikbud NTB]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *