Sebagai salah satu destinasi wisata andalan di NTB, Senggigi kecamatan Batulayar Lombok Barat memiliki keindahan yang tak diragukan lagi. Keindahan alam, hamparan laut yang biru dan garis pantai yang indah serta lokasinya cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Menjadikan kawasan Senggigi sebagai lokasi pertama yang dipilih untuk pengembangan wisata medis. Mengusung konsep pelayanan kesehatan ekonomis dengan fasilitas hotel, pihak Klinik Assyfa Al-Halim menggandeng Hotel Puri Bunga Senggigi mengembangkan wisata medis pertama di Nusa Tenggara Barat.
Terlebih saat ini, ironi yang ada di tengah masyarakat, akibat penularan covid-19 yang kian massif. Banyak orang yang justru takut untuk datang berobat ke rumah sakit atau puskemas. Sehingga untuk memberi alternatif berobat, pihak klinik dan hotel berusaha menghadirkan pelayanan kesehatan dengan fasilitas hotel yang lebih menenangkan. Hal ini pun dinilai sebagai salah satu upaya untuk menghidupkan kembali hotel di kawasan Senggigi yang mati suri sejak diterpa pandemi. “Kami dari Klinik Assyfa Al halim menggandeng hotel Puri Bunga di Senggigi sebagai lokasi untuk mengembangkan wisata medis pertama di NTB. Kita di sini konsepnya supaya masyarakat datang berobat sambil menikmati suasana wisata. Jadi mereka datang berobat sambil santai” jelas Supardi, Direktur Klinik wisata medis Assyfa Al halim hotel Puri Bunga Senggigi Rabu (10/3).
Karena wisata medis, pihaknya pun memadukan konsep pelayanan medis, herbal dan refleksi. Gagasan ini muncul karena dua menteri yakni Menteri Kesehatan dan Menteri Pariwisata mendorong dan konsern agar di NTB khususnya Lombok ada wisata Medis. Karena itulah Pihaknya mengembangkan wisata Medis dalam rangka juga untuk mendekatkan pelayanan kesehatan terhadap Masyakarat maupun wisatawan yang ada di kawasan Senggigi dan sekitarnya. Dimana pihaknya menyediakan pelayanan rawat inap, Rawat jalan, UGD 24 jam, persalinan, home care. Selain melayani kesehatan, pihaknya juga aktif melaksanakan bakti sosial seperti sunatan massal, pengobatan Massal.
Soal biaya perawatan di klinik wisata Medis ini jelas dia, terjangkau. Karena untuk pasien umum ditarif sebesar Rp 250 ribu per malamnya. Sementara untuk pasien BPJS, hanya perlu menambahkan biaya Rp 100 ribu per malamnya untuk semua pelayanan. Tanpa ada perbedaan perkelasnya. Dengan biaya itu, para pasien baik BPJS maupun umum bisa menikmati berbagai fasilitas tempat perawatan di kamar hotel setara VIP, VVIP dan Lux. Jumlah kamar hotel yang tersedia sebanyak 40. “Walupun pasien pakai BPJS, kelas III dan umum kami tangani disini, jadi inak-inak dan amak-amak yang kurang mampu bisa menikmati kamar hotel ini yang kamar mewah, baik yang tersedia Lux maupun VVIP,”jelas Dia.Klinik wisata medis yang sudah dikembangkan sejak Januari tahun 2021 ini, juga bisa menjadi salah satu alternatif. Bagi pasien isolasi mandiri yang membutuhkan tempat yang nyaman untuk memulihkan fisik dan psikisnya yang berlaku untuk pasien isolasi yang tidak memiliki komorbid. “Penanganannya nanti ya sesuai dengan standar kesehatan untuk pasien yang tidak ada komplikasi” paparnya. Sejak awal buka hingga saat ini sudah ada 50 lebih pasien yang memilih berobat di sana. Termasuk pasien rawat inap, bersalin, hingga home care. Para pasien ini berasal dari berbagai daerah di sekitar senggigi.
Untuk mendukung pelayanan, pihaknya menyiapkan Nakes yang ada untuk dokter umum tiga orang, kemudian 10 orang perawat dan tiga bidan, dua orang tenaga laboratorium, serta dua orang admin. “Termasuk juga jadi unggulan kita di sini yaitu antar jemput pasien secara gratis, ada rawat inapnya, ada persalinannya, pemeriksaan laboratorium, home care dan home visit” bebernya. Ketika ada pasien yang sudah lepas rawat inap, pihak klinik akan datang untuk home visit untuk mengontrol pasien yang bersangkutan. Begitupun dengan pasien rawat jalan, pihak klinik akan tetap melakukan pemantauan. Bila sehari setelah berobat belum ada perubahan, maka yang bersangkutan akan diminta datang kembali untuk diperiksa. Tanpa dipungut biaya tambahan. “Suasana daripada pelayanan itu terutama suasana lingkungan itu juga memunjang penyembuhan mereka” sebut Supardi.
Pengembangan Wisata Medis di hotel Kawasan Senggigi inipun mendapatkan dukungan penuh dari Tarmizi, selaku anggota dewan Dapil Gunungsari-Batulayar Tarmizi. Bahkan menurut politisi Nasdem ini, program ini menjadi pilot project wisata medis pertama di NTB. Yang memadukan antara pelayanan medis, herbal dan refleksi. “Kami melihat di awal-awal pandemi ini, bahwa Lombok Barat sedang lesu dari sisi pariwisatanya. Apalagi Senggigi terlihat mati suri, jadi kita coba cari peluang untuk kembali menghidupkan industri pariwisata itu dari sisi ini” tuturnya. Sehingga ia dan pihak terkait lainnya pun mencoba menjalin kemitraan untuk mengkomparasikan pariwisata dengan medis hingga berhasil mengoperasikan wisata medis tersebut. “Jadi pelaku wisatanya bisa dapat keuntungan dari sana, dalam hal fasilitasnya bisa digunakan untuk penginapan. Kemudian dari sisi medis kita arahkan para paraktisi di bidang kesehatan untuk terlibat aktif” katanya.
Pemda pun diharapkan bisa lebih mendukung program tersebut. Sehingga celah-celah yang memungkinkan untuk bisa membangun kemitraan bisa dimanfaatkan untuk saling menunjang. Konsep wisata medis itu pun mengusung pelayanan untuk umum, bukan hanya para wisatawan. “Pelayanannya itu ekonomis tapi fasilitasnya hotel” pungkas dia. Ia juga berharap Pemda bisa mendukung dalam hal penyediaan alat pencegahan covid-19, seperti makser, handsanitizer, dan lain-lain. Termasuk APD bagi para Nakes. Karena bagiamanapun pelayanan ini juga memberi feedback bagi Pemda, baik dari sisi pendapatan, pariwisata, pelayanan kesehatan bagi warga masyarakat dan wisatawan. (Her: Giri Menang (Suara NTB) )