Kota Bima – Menteri Agama RI, H. Yaqut Cholil Qoumas melakukan kunjungan kerja ke Kota Bima, Jum’at pagi (12/03). Hal ini berkaitan dengan beberapa agenda Menteri Agama (Menag), yakni kegiatan penyerahan aset milik Pemerintah Kota Bima kepada Kementerian Agama (Kemenag), khususnya aset yang dipergunakan oleh Kemenag Kota Bima serta proses pendirian IAIN Bima.
Aset yang dimaksud terdiri dari: Tanah Bangunan Kantor Kemenag Kota Bima, Tanah Bangunan untuk 2 KUA (Asakota dan Mpunda) dan Tanah untuk Pembangunan IAIN Bima dengan luas tanah 10 Hektare yang berlokasi di kelurahan Sambina’e Kota Bima.
Gus Yaqut, sapaan Menag RI dalam sambutannya mengungkapkan bahwa pembentukkan IAIN Bima akan segera terwujud apabila ada dukungan penuh dari para pakar dan ilmuwan dari Bima. Lagipula para pakar dan ilmuwan dari Bima telah sukses membangun karier di beberapa wilayah di Indonesia.
“Sangat butuh dukungan, tidak sekedar panas-panas di awalnya saja. Tidak menutup kemungkinan dalam pengembangannya akan dikembangkan lagi menjadi UIN Bima”, ujar Gus Yaqut.
Gus Yaqut berharap dengan adanya IAIN Bima, dapat melahirkan generasi muda Bima yang mampu berpikir dan bersikap demokrasi serta moderat.
“Dalam beragama dan berakidah, kita boleh saja kaku. Akan tetapi, dalam berpikir dan bersikap, kita harus juga moderat dan bisa menerima sikap dan keyakinan orang lain”, harap Menag mengakhiri sambutannya.
Usai kata sambutan dari Menag, proses penyerahan aset yang dilakukan di halaman Kantor Kemenag Kota Bima. Penyerahan aset diserahkan secara langsung oleh Walikota Bima kepada Kepala Kemenag Kota Bima dengan disaksikan oleh Gubernur NTB, Kakanwil Kemenag NTB, dan Wakil Bupati Bima.
Kegiatan dihadiri oleh Pejabat Eselon III Kanwil Kemenag NTB, Pejabat Eselon IV Kabupaten Bima, Pejabat Eselon IV Kota Bima, Kepala Madrasah se Kabupaten Bima dan Kota Bima, Pokjawas, anggota Dharmawanita Kemenag Kabupaten Bima dan Kota Bima, seluruh ASN dan honorer lingkup Kota Bima.
Juga tampak hadir Tim Pendirian IAIN Bima, diantaranya Prof. DR. Ahmad Thibraya, Prof. DR. Muslim H. Kara, Prof. DR. H. M. Yasin, DR. Kaharuddin Sulaiman, dan yang lainnya. (NR)