Saat ini berbagai macam jenis madu bisa kita jumpai bahkan banyak di cari orang dan dibudidayakan menjadi usaha pokok bagi sebagian orang, salah satunya adalah Madu Trigona yang kini telah di geluti oleh Imamul Azkar (29 tahun) salah seorang warga asal Desa Bengkaung Kecamatan Batu Layar Kabupaten lombok Barat.
Saat ditemui oleh Komunitas Wartawan Astra Motor, Imam panggilan akrabnya menuturkan, budidaya Madu Trigona ini dipelajari secara otodidak dari majalah Trubus dan Youtube kemudian dipandu oleh salah orang teman bernama Suwadi asal Karang Bayan Lingsar Lombok Barat yang lebih dulu membudidayakan Madu Trigona menggunakan bambu.
Kata Imam, sebelumnya masyarakat Desa Bengkaung hanya tahu madu hutan biasa yang dikenal banyak orang, dan lebah atau koloni madu trigona dianggap lebah pengganggu sehingga banyak dimusnahkan atau dibakar. Namun setelah mengetahui dari berbagai media dan dipandu oleh Suwandi bahwa lebah madu trigona dapat menghasilkan madu yang bernilai ekonomis tinggi, kini madu trigona ini menjadi ladang usaha bagi warga Desa Bengkaung bahkan di desa-desa sekitar mulai membudidayakan koloni madu trigona.
“ Pak Suwandi pada waktu itu, beliau dari Karang Bayan sering kita lihat bahwa madu, bawa bambu dan bambu itu ternyata isinya koloni. Waktu itu kita belum kenal madu trigona. Cuma waktu itu masyarakat bengkaung belum kepikiran, bahkan di dibakar-bakar, koloni madu trigona dianggap masalah dan bukan madu. Namun setelah berkunmung ke tempatnya Bapak Suwadi, jadi ada sedikit edukasi yang diberikan sama Pak Suwadi. Alhamdulillah kita pulang langsung kumpulkan teman-teman pemuda yang ada di desa bengkaung untuk membentuk kelompok sekitar tahun 2013. Pada waktu itu terbentuk kelompok sekitar 15 anggota dan kini menjadi 31 anggota dengan nama kelompok Madu Trigona Tuan Muda Desa Bengkauang”. Tutur Imam
Lebih jauh Imam mengatakan, awalnya memperkenalkan madu trigona ini cukup susah di pasaran karna rasanya yang asem tidak semanis madu biasa, bahkan belum ada dukungan dari keluarga teman ataupun tetangga, tapi setelah melihat peluang dan madu yang dihasilkan cukup menjanjikan dan memilki hasiat , kini temen-temen dari Desa Bengkaung mulai focus untuk budidaya madu trigona.
Sambung Imam, setelah berjalan satu tahun lebih dan madu trigona mulai dikenal dan banyak yang nyari madu trigona, Alhamdulillah sudah mulai ada dukungan dari keluarga bahkan dari masyarakat setempat. Melalui kelombok yang dibentuk, budidaya diawali dengan 40 Stup Koloni madu trigona, dan dari 40 Stup ini sekitar 4 Stup yang tidak berhasil menghasilkan madu trigona. Untuk lebih meninkatkan dan menambah pemahaman dan wawasan tentang budidaya madu trigona adakan juga pelatihan dan edukasi tentang berbagai hal seperti cara pemindahan koloni dan propolisnya, pembuatan stup, panen madu trigona sampai berinovasi membuat minuman dari madu trigona.
Waktu itu, Kata Imam melihat potensi madu trigona ini sangat luar biasa dan banyak ditemukan dihutan Desa Bengkaung, masyarakat dari desa-desa lain mulai berdatangan mencari koloni madu trigona, karna ini dianggap akan mengurangi populasi koloni madu trigona di Desa Bengkaung, sekitar tahun 2016 pihak Desa Bengkaung membuat aturan sehingga warga dari desa lain tidak lagi mencari atau berburu koloni madu trigona di Desa Bengkaung.
Dijelaskan Imam, terdapat empat jenis madu trigona di Lombok diantaranya Lipiaris, Sapien, Lepisep dan Fuskubalkeatan dan saat ini ada diua jenis didatangkan dari Sulawesi jenis Biroi dan Kalimantan jenis Bitama. Yang palingb banyak dibudidayakan adalah jenis Lipiaris kolono yang memilki pantat warna kuning. Dari 31 kelompok saat ini telah memiliki 800 stup tersebar di empat dusun yakni Dusun Teraye, Dusun Bunian, Dusun Bengkaung Daya dan Dusun Pelolat.
Budidaya madu trigona ini kata Imam tidak lepas dari beberapa masalah yang harus dijaga diantara adanya hewan predator yang datang hinggap menghisap madu dan menggangu koloni yang sedang bertelur, selain itu adanya asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah oleh warga serta adanya stup (kotak tempat koloni bertelur dan menghasilkan madu) yang kering karna ditinggal oleh koloni terutama ratu lebah.
Untuk satu Stup kata Imam menghasilkan sekitar 200 sampai 225 ml madu trigona, pasca panennyapun bervariasi antara 2 sampai 4 bulan sehingga bisa dipastikan madu trigona yang dihasilkan sekali panen sebanyak 20 liter
Kedepan Imam menginginkan punya mimpi besar yakni dari 800 stup menjadi 10.000 stup dan menempatkan 50 stup koloni disetiap rumah warga bahkan saat memasuki gerbang masuk Desa Wisata Edukasi Madu Trigona disetiap kiri kanan jalan terdapat Stup terpajang sampai menuju titip obyek Desa Wisata Desa bengkaung.
Di Desa Bengkaung terdapat 27 dusun dan ekonomi warganya ditopang sebagai pembuat gula aren dan tuak manis dan kini ditambah lagi dengan membudidayakan madu trigona, dan dipelopori dari Desa Bengkaung Daya. (KM Mataram)