MATARAM-Setelah sebelumnya berbagi kebahagiaan dengan pensiunan PNS difabel di Sikur, H Rachmat Hidayat, Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, melanjutkan berbagi kursi roda di Gumi Patuh Karya. Kemarin (4/4), Rachmat berbagi kursi roda kepada warga di Lingkungan Bermi, Kelurahan Pancor, Kecamatan Selong, Lombok Timur.
Penerima kursi roda tersebut adalah Hj Zawahir, yang merupakan santri generasi pertama Muallimat NW, madrasah yang didirikan untuk pendidikan anak-anak perempuan oleh Almagfurulahu Maulanasyaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Ormas Islam Nahdlatul Wathan.
Rachmat tiba di Lingkungan Bermi sebelum Duhur dengan didampingi fungsionaris DPD PDI Perjuangan NTB H Ruslan Turmuzi, yang juga merupakan Anggota DPRD NTB. Rachmat kemudian berjalan kaki menyusuri gang sempit untuk menuju rumah Zawahir, yang oleh warga setempat dipanggil dengan nama Hj Fauziah.
Sejumlah warga yang kebetulan sedang berada di dekat rumah perempuan yang kini berusia 88 tahun tersebut, turut menyalami Rachmat dengan takzim. Beberapa di antaranya bahkan ikut mengekor di belakang rombongan dan turut menyaksikan penyerahan kursi roda kepada Zawahir.
“Waktu dulu saya masih muda, Kampung Bermi ini adalah kampung tempat saya bermain. Beberapa sahabat saya juga masih tinggal di sini hingga sekarang,” tutur Rachmat.
Kampung Bermi, merupakan kampung tua di Pancor dan merupakan saksi sejarah perjuangan Almagfurulahu Maulanasyaikh mendirikan Nahdlatul Wathan, Ormas Islam terbesar di NTB saat ini. Rumah pertama ulama kharismatik yang merupakan Pahlawan Nasional tersebut, juga berada di Lingkungan Bermi. Rumah itu masih berdiri tegak hingga saat ini, dan berada tak jauh dari rumah Zawahir.
Ahmad Tahir, putra bungsu Zawahir, menyongsong kedatangan Rachmat Hidayat di rumahnya yang sungguh sederhana. Saat Rachmat tiba, Zawahir masih di kamar mandi. Rachmat pun menunggunya di depan pintu rumah yang hanya memiliki sedikit halaman tersebut.
Zawahir menderita lumpuh semenjak tahun 2011, tak lama setelah ibu dari 18 anak tersebut menunaikan ibadah haji. Semenjak itu, aktivitas dan geraknya mulai terbatas. Beberapa warga setempat yang merupakan tetangganya menyebut Zawahir sudah berusia lebih dari 90 tahun. Namun, berdasarkan dokumen Kartu Keluarganya, usianya kini baru menginjak 88 tahun.
Kendati menderita lumpuh, namun Zawahir masih bisa berbicara dengan jelas. Penglihatannya pun tidak terganggu. Dia masih bisa menandai orang yang bertemu dengannya. Hanya pendengarannya yang sedikit terkendala, sehingga berbicara dengannya mestilah dengan suara yang lebih dikeraskan.
Begitu bertemu dengan Zawahir, Rachmat langsung menyerahkan bantuan kursi roda untuk perempuan yang mendapat pendidikan langsung dari Maulanasyaikh tersebut. Zawahir dibopong, dan didudukkan langsung di atas kursi roda tersebut. Sesekali dia melempar senyum, pertanda kegembiraan. Termasuk saat disalami Rachmat Hidayat.
“Ini dari kantor mana..,” katanya bertanya.
Dijawab oleh Rachmat, kalau dirinya dari Rumbuk, Lombok Timur. Datang untuk menyerahkan bantuan kursi roda untuk Zawahir.
Rachmat juga menceritakan jika dulu sewaktu muda, dirinya juga sering main di Kampung Bermi. Rachmat menceritakan juga salah seorang sahabatnya di Bermi yang bernama Amaq Irun. Rupanya dikenal baik juga oleh Zawahir.
“Sahabat bareng-bareng laeq…,” kata Rachmat.
“Oooo… Loq Irun…Lek ito balene…,” tukas Zawahir sembari menyebut lokasi tempat Amaq Irun kini tinggal.
“Sehat-sehat Inaq nggih…,” kata Rachmat sembari memegang tangan perempuan yang sudah sepuh tersebut.
Selain bantuan kursi roda, Rachmat juga menyerahkan bantuan uang tunai. Tak lupa juga dia berpesan kepada anak-anak Zawahir untuk terus berbakti dan merawat ibundanya dengan istiqomah. Pahala sangat besar dari Allah, menanti untuk anak-anak yang berbakti. Setelah itu, Rachmat Hidayat pun pamit.
Anggota Komisi VIII DPR RI tersebut menuturkan, kegiatan berbagi kursi roda tersebut, murni sepenuhnya sebagai aksi kemanusiaan untuk membantu sesama. Tidak ada kaitannya dengan politik sama sekali.
“Seperti sering saya sampaikan, sesungguhnya hidup kita sebagai manusia bukan tentang bagaimana menikmati, melainkan bagaimana kita berbagi,” kata politisi kharismatik Bumi Gora ini.
Bantuan kursi roda untuk Zawahir tersebut tidak melalui proses yang ribet. Dua hari lalu, Rachmat mendapat informasi bahwa ada warga di Kampung Bermi yang sudah sepuh dan membutuhkan kursi roda untuk memudahkan aktivitasnya. Sebagai orang yang memiliki ikatan emosional dengan kampung Maulanasyaikh tersebut, Rachmat langsung menyiapkan bantuan kursi roda tersebut dan memilih untuk menyerahkan secara langsung.
“Ini bentuk kita saling memanusiakan dan tolong menolong sebagai sesama,” imbuh politisi lintas zaman ini.
Ahmad Tahrir, putra bungsu Zawahir, menyampaikan rasa syukur atas bantuan kursi roda itu. Aktivitas ibundanya kini disebutnya akan menjadi lebih mandiri. Sang ibunda bahkan akan bisa kembali beraktivitas di sekitar rumah dan berinteraksi kembali dengan sesama warga, hal yang sudah sangat lama tidak bisa dilakukannya lantaran keterbatasan gerak fisiknya.
Dia menuturkan, ibundanya memang merupakan santri generasi pertama yang menempuh pendidikan di Muallimat NW. Madrasah Muallimat tersebut Almagfurulahu Maulanasysyaikh sebagai bagian dari revolusi pendidikan setelah mendirikan madrasah untuk anak-anak laki-laki.
Madrasah untuk anak-anak perempuan ini diberi nama Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI), dan didirikan pada 21 April 1943. Di awal berdirinya, Madrasah NBDI menyelenggarakan pendidikan dengan masa pembelajarannya empat tahun. Selanjutnya kemudian mengalami perubahan menjadi Madrasah Muallimat dengan masa pembelajarannya selama enam tahun. (Tim KM Mataram)