Rensing Bat, Lotim – Pembacaan Kitab Al-Barzanji atau yang biasa disebut Selakaran (bahasa sasak Rensing Bat) bagi masyarakat Lombok umumnya sudah biasa dilakukan, itupun hanya ada pada bulan Zulqoidah dan Zulhijjah atau bulan Haji.
Setiap ada Jamaah Haji di Dusun-dusun atau Perkampungan tak lengkap rasanya bila kepergian mereka tidak diiringi oleh pembacaan sholawat Barzanji disetiap malamnya.
Tradisi ini sudah turun temurun bagi Suku Sasak Lombok pada umumnnya dan masyarakat Desa Rensing Bat Kecamatan Sakra Barat -Lombok Timur khususnya, hal ini biasanya dilaksanakan setelah jamaah calon haji yang akan berangkat menunaikan rukun Islam yang kelima melakukan Tasyakkuran perpisahan dan biasanya dilaksanakan satu minggu sebelum berangkat ketanah Suci Makkah almukarramah.
Setiap pelaksanaan Tasyakkuran Perpisahan bagi jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji maka setiap malam secara bergiliran masyarakat setempat akan datang beserta rombongan satu kampung untuk sekedar dapat bersalaman dengan calon jamaah haji sambil berharap didoakan agar dapat panggilan allah kekota suci mekah untuk melaksanakan ibadah haji sebagai lambang kesempurnaan rukun islam bagi setiap muslim.
Dalam doktrin kitab suci islam bahwa doa yang dipanjatkat di Mekah biasanya akan diijabah dengan cepat, maka dengan dasar inilah setiap ada warga masyarakat yang akan berangkat selalu ramai dikunjungi untuk dapat bersalaman dengan jamaah tersebut.
Khusus untuk pembacaan kitab Al-barzanji/selakaran biasanya selalu diikuti oleh jamaah sekitar kampung tempat tinggal para calon jamaah haji tersebut. Salah satu kelompok Selakaran Al-barzanji “Hubbussalawat” Rensing Bat misalnya, Mereka selalu diundang untuk membacakan kitab tersebut dengan lagu khas layaknya syair masyarakat zaman dulu yang membuat hati para pendengarnya terpekun dengan intonasi sedih dan gembira.
Dengan lagu yang berbeda-beda disetiap kampungnya grup selakaran ini selalu mengikuti bagi calon haji yang akan berangkat dan bisa dipastikan dimanapun ada calon haji maka akan selalu ramai dengan selakaran sebagai salah satu tradisi yang harus ada jika akan berangkat melaksanakan ibadah haji.
Jika dimasa lalu selakaran ini hanya didapati saat musim Haji namun belakangan ini bergeser kejamaah yang secara segaja ingin untuk didoakan dan mendengarkan dengan lagu albarzanji selakar, maka tak heran kelompok selakaran Hubbussalawat selalu di undang untuk membaca kitab tersebut.
Selakaran atau ritual adat kegamaan ini semestinya jangan sampai pudar mengingat untuk pelestariannya membutuhkan perhatian kita semua terlebih lagi bagi pemerintah sebagai pelindung bagi tradisi-tradisi keagamaan agar tetap lestari ditengah masyarakat. (ibra_kmrb)