Alhamdulillah dengan jabatan saya sebagai jubir depdagri di era Mendagri Amir Mahmud, membuka peluang saya berkeliling ke berbagai pelosok negeri termasuk ke kampung halaman saya di NTB untuk menampung aspirasi rakyat.
Ketika kunjungan kerja kedaerah itu tentu saya bertemu dengan banyak pejabat di daerah termasuk dengan Drs. HL Azhar yang adalah pejabat karier yang hebat di Pemprop NTB.
Komunikasi yang agak intens dengan Drs. HL Azhar adalah ketika momentum politik jelang pergantian Gubernur Mayjen H. Warsito tiba.
Saat itu, Mendagrinya Letjen H. Syarwan Hamid. Saya adalah sekjennya. Sebagai Sekjen Depdagri tentu saya banyak tahu dinamika dan perkembangan politik nasional dan daerah-daerah. Di zaman Orde Baru, Kepala Daerah ( Gubernur / Bupati / Walikota ) nyaris kaplingan untuk perwira tinggi TNI.
Demikian juga untuk NTB. Sebelum Mayjen H. Warsito, 3 Gubernurnya adalah tentara. Yaitu, H. Ruslan Tjakraningrat, H. Wasita Kusumah dan H. Gatot Suherman. Pasca Mayjen H. Warsito, naga-naganya juga akan menjurus ke arah jatah TNI kembali memegang tampuk kekuasaan di NTB. Nominasi kuatnya saat itu sayapun tahu karena saya Sekjen. Calonnya itu orang yg sangat dekat dengan Mendagri yg adalah atasan saya.
Terpanggil rasa kedaerahan yg tinggi, saya sampaikan ke Mendagri Syarwan Hamid, untuk kali ini berikanlah jatah itu untuk orang sipil dan orang daerah. Di daerah banyak juga tokoh2 yang mumpuni.
Waktu itu tokoh2 daerah yang menonjol adalah Drs. HL Azhar sebagai Sekda NTB. Ada juga tokoh lainnya yaitu Drs. HL Mujitahid yg waktu itu menjabat Bupati Lombok Barat. Tokoh lainnya yg juga mumpuni dibidang pemetintahan adalah Drs. H. Harun Alrasyid yang kala itu sedang menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Alhamdulillah usulan saya dan adanya aspirasi berbagai pihak, maka kesempatan orang sipil dan orang daerah menjadi gubernur NTB kian menguat. Saya dialog dan bertemu dengan calon2 tersebut di berbagai kesempatan termasuk mengadakan pertemuan di Senggigi untuk mendorong adanya musyawarah mufakat. Proses politik berjalan demikian dinamis hingga akhirnya terpilihlah H. Harun Alrasyid sebagai Gubernur NTB tahun 1998 dan dikemudian hari Drs HL. Azharpun menjadi Wakil Gubernurnya.
Sejauh pengetahuan saya, Drs. HL Azhar adalah pejabat karier birokrasi yg bagus. Sangat paham ilmu pemerintahan juga ilmu politik maupun politik praktis sebagai Ketua DPD I Golkar NTB. Ini tentu di dukung latar belakang pendidikannya yg memadai sebagai alumni UGM Jogjakarta.
Saya juga mengenal Drs. HL Azhar sebagai sosok yg sangat peduli dengan Sumber Daya Manusia sehingga aktif merintis terbentuknya lembaga2 pendidikan tinggi di daerah. Karena terlahir dari keluarga bangsawan Sasak, Drs. HL Azhar juga sangat peduli dengan masalah adat budaya sebagai salah seorang Tokoh suku Sasaq yg sangat dihormati. Nyaris saya tidak pernah mendengar hal-hal minor tentang sosok yang tampil tenang dan bersahabat ini.
Ada moment yang sulit saya lupakan dari tokoh2 adat sasaq seperti Drs. HL Azhar ini. Pada acara adat Sasak yang sangat meriah yang didukung oleh semua perwakilan adat se NTB, tanggal 27 juni 2004, saya dianugerahi gelar adat Dane Pandita Gama Samaguna yg disematkan oleh Gubernur Drs. HL Serinata dan Wagub Drs. HB Thamrin Rayes di Lapangan umum Gondang KLU. Saya hadir menerima Anugerah adat Sasaq tersebut bersama 12 orang menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Hadir juga Prof Erman Rajaguguk ( menantu Mamik Lalu Lukman – Tokoh NTB dari Desa Kopang Loteng ) yang saat itu menjadi Wakil Sekretaris Kabinet Republik Indonesia.
Alhamdulillah, diusia senja kami saat ini, kami masih saling merindu. Kami bersyukur telah di beri umur panjang. Karena cukup lama tdk bertemu, ingin rasanya nanti duduk bersama bernostalgia.
Masyarakat dan pemerintah daerah NTB harus hormat dan berterima kasih pada sosok Drs. HL. Azhar atas komitmen dan kiprahnya yg secara total berjuang untuk kemajuan dan persatuan di NTB.
Petamburan, 9.6.2023. (H.lalu Gita Ariadi – Sekda NTB)