Kaget dan kehilangan. Ini 2 kata yang menyeruak ketika terima berita duka. Meninggalnya sahabat Fairuz Abadi yg lebih dikenal sebagai ” Abu Macel “.
Kaget karena Rabu pagi kemaren kami masih saling WA. Siang hari
Jam 11 an saling telpon, juga bersama Dokter Jack ( dirut RSUP Provinsi NTB ). Jam 15.03 saya terima WA nya yang terakhir. Khabarkan sedang bertemu salah seorang Ketum Parpol NTB. Jam 16.59 menerima berita duka. Lalu secara bergelombang berita berpulangnya Abu Macel ramai di medsos dan group WA. Innalillahi wainnailaihirojiun.
Hubungan saya dengan almarhum Abu Macel dekat sekali. Baik sebagai teman, staff dan juga sebagai guru saya.
Dengan usia sepantaran, kami tidak ada jarak komunikasi. Banyak teman Abu Macel adalah teman saya juga. Baik sesama alumni SMANSA Mataram, teman di kampung maupun teman di berbagai komunitas.
Pertemanan kian intens ketika saya menjabat Kabag Humas dan Protokol Setda Provinsi NTB. Abu Macel jadi salah seorang staff yg hebat. Sebagai staff humas, Abu Macel piawai menulis. Melek IT dan paham mainkan berbagai alat audio visual. Public relations nya juga bagus. Sehingga sering saya tugaskan mewakili dalam misi-misi khusus.
Kalau saya dampingi Gubernur Mik Serinata tugas dinas ke Pulau Sumbawa, Abu Macel wajib ikut. Abu Macellah yang mendampingi Gubernur Mik Serinata bejorak dalam perjalanan. Khusus nya saat 2 jam penyeberangan Pelabuhan Kayangan – Pelabuhan Poto Tano.
Abu Macel lebih sering saya tugaskan kerja malam hari menjaring informasi. Berdiskusi dengan teman2 aktivis dan jurnalis. Hasilnya di laporkan sebagai info deteksi dini. Banyak orang kemudian kaget. Dikiranya Abu Macel bukan PNS. Karena nyaris / jarang berbaju seragam kedinasan. Kerja nya under cover. Ini sangat dinikmati Abu Macel yg merasa merdeka berinteraksi dengan berbagai elemen masyarakat.
Pada saat jadi staff di Humas, Abu Macel rajin menulis cerita2 jenaka hingga serempet-serempet bahaya. Saya teringat 3 nama tokoh imajiner yang selalu dijadikan backraund ceritanya. Abu Macel, Abu Bongoh dan Abu Mardud. Yang paling terkenal kemudian adalah Abu Macel.
Penamaan Abu Macel ini adalah hasil diskusi kami. Awalnya, tokoh imajiner tersebut selalu menggunakan si Fulan. Saya katakan, ganti nama tokoh si Fulan itu menjadi tokoh yang lebih melokal dan lebih familiar dengan nuansa orang NTB. Dari pembahasan yg cukup lama akhirnya, diputuskan nama tokoh imajiner dalam tulisan bejoraknya Fairus Abadi menjadi Abu Macel. Macel refleksi sebuah karakter yang nakal, nyelekit tapi cerdas.
Dibidang organusasi kemasyarakatan, Fairuz Abadi pernah menjabat 2 periode sebagai Ketua PCNU kota Mataram. Sebagai Ketua organisasinya orang nahdliyin, acapkali saya memposisikan diri sebagai “santrinya” Abu Macel. Lewat Abu Macel saya banyak kenal Kiai, Nyai dan Gus Durian ( komunitas Nahdliyin pengagum Gus Dur ) utamanya di Jawa Timur.
Abu Macel, suami dari Siti Zakiatun Fahriani, ayah dari Farah Bunga Nurani, Aulia Cyrriel Fatihah dan Muhammad Ibar Daiwani ( Ibang – Mahasiswa ISI Jogja ) ini, adalah orang kuat. Tidak pernah mengeluh sakit dan seakan menyembunyikan penyakitnya. Bulan Oktober 2023, Abu Macel sempat di rawat di RSUP NTB. Gangguan Jantung kata dokter.
Awal November kemarin, jelang tengah malam, kami bertiga dengan sahabat Adhar Hakim, ngobrol ngalor ngidul. Abu Macel cerita tentang penyakitnya. Sesungguhnya tyang tidak sakit. Rasanya biasa-biasa saja kok. Cuma waktu itu situasi di dramatisir sedemikian rupa seakan tyang sakit. Tyang tdk sakit miq, katanya meyakinkan. Dan kalau pun sakit, dokter katakan tyang sudah sembuh.
Saya hapal gaya Abu Macel menjustifikasi pendapatnya. Dengan cepat saya potong. Hib, walaupun dokter sudah katakan ente sembuh, tapi ana ini dokterandus katakan belum sembuh. Ente percaya dokter atau dokterandus ? Seketika meledak tawanya. Saya percaya dokterandus. Karena lebih panjang gelarnya. Dokter dulu baru dokterandus. Ya, begitulah cara kami bercanda. Yg penting Asbun Toha ( Asal Bunyi tolol tapi hangat ) Asbun Toha, kalimat favorit Abu Macel.
Adhar Hakim, Edo, Tri Budi Prayitno dan rekan-rekan wartawan tua lainnya rajin mengingatkan Abu Macel agar tetap jaga kesehatan dan rajin kontrol. Abu Macel biasa berkelit. Menimpali dengan dalil-dalil Asbun Toha. Kalo kita berobat maka kita harus mendapatkan sugesti dari proses pengobatan yang kita lakukan. Kita berobat kepada yang bisa memberikan “sugesti”. Selesai mengucapkan kata sugesti, Abu Macel lalu lemas, menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kemudian tak sadarkan diri. Demikian cerita Tri Budi Prayitno – Kadis Dikpora NTB, teman ngobrol Abu Macel sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ya, Abu Macel memang mampir ke Dispora NTB karena ada rapat panitia lomba stand up comedy untuk meriahkan HUT KORPRI dan HUT ke-65 NTB. Dgn kejenakaannya, Abu Macel di daulat sebagai nara sumber dan juri acara kocak kocok perut ini. Ini memang bidang spesialisasinya Abu Macel.
Abu Macel oleh teman2 nya di Monjok, dikenal sudah lucu dari kecil. Putra Pak Abhan ini dulu berdomisili di Jalan Gelatik 23 Monjok Baru. Rani putri sulung saya tampak kaget dan sedih mendengar berita meninggalnya Abu Macel. Orang nya baik. Nampak tidak kenal susah. Selalu bikin ketawa dan heboh. Persis Bang “One”, kreatif, sindirannya nyelekit tapi tetap jenaka. Abu macel sangat dekat dengan anak-anak dan keluarga saya. Waktu acara pelantikan dan pengambilan sumpah sebagai Penjabat Gubernur di kemendagri, Abu Macel tercatat dalam rombongan keluarga yg ikut ke Jakarta.
Setelah saya dilantik sebagai penjabat Gubernur, malam harinya di sebuah pojok cafe & bar churcill Hotel Borobudur, Abu Macel bercanda tentang nama-nama jabatan yang dikaitkan dengan
kematian. Kata Abu Macel, kita ini semuanya Camat alias Calon Mati. Dan jabatan yg paling tinggi adalah Gubernur. Saya ikuti secara seksama apa kelanjutan penjelasan candaan tentang Jabatan Gubernur kok di bilang paling tinggi ?
Saya agak gengsi untuk mengejar dan bertanya langsung. Hingga akhirnya Abu Macel menguraikan dan jelaskan akronim dari Kata “Gubernur”.
Gubernur akronimnya diplesetkan menjadi batur GUbuk BERiuk NURutin. Artinya teman se GUbuk ( Kampung, keluarga, kolega, kerabat, sahabat ), BERiuk ( bersama2 ), NURutin ( mengikuti ) mengiring jenazah kita. Kata Abu macel dengan ekspresi serius.
Kamis 30 November 2023, ba’da sholat Ashar, setelah mensholatkanmu, ku iringi dan turut jalan di belakang jenazahmu sahabat. Menuju tempat istirahatmu yg abadi. Selamat jalan Abu Macel……fairuz Abadi….di tempat istirahatmu nan abadi. ( H.Lalu Gita Ariadi – PJ.Gubernur)