Mata Buta Gak Masalah, Chatingan Jalan Terus

Alunan musik pop yang dimainkan oleh siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan PenyandangTunanetra (YPTN) Al Mahsyar Mataram terdengar cukup  kencang ketika rombongan dari Wartawan dan Bloger tiba dilokasi. Kepiawaian siswa SLB memainkan gitar tidak kalah bagusnya dengan layaknya orang normal. SLB Yayasan Penyandang Tuna Netra (YPTN)  ini merupakan yang pertama dikunjungi, kedua Taman Bina Karakter SMA 6 Mataram dan ketiga Produksi Cemilan  Khas Lombok  yakni Kerupuk Rengginang . Ketiga lokasi ini  masuk dalam Kampung Berseri Astra (KBA) di NTB yakni KBA Selagalas Kecamatan Sandubaya,Kota Mataram. Kunjungan Wartawan Elektronik dan Blogger ini merupakan peserta lomba foto dan Pewarta Anugerah Astra 2024. (04/10/2024)

Suara music yang begitu bising tidak mengusik keseriusan salah seorang yang tadinya saya anggap dari kejauhan seorang siswa SLB  yang sedang asyik memainkan HP android, sesekali menggerakkan jari jemarinya turun naik dan asyik duduk sendiri dipojokan kursi teras sekolah.

“Ini kan ada suaranya, jika ditekan terus akan keluar suara dan tombol dilepas hurupnya akan keluar, seperti ini hurup Y, dan ini hurup A, jadi sebelum dilepas tombol maka suaranya akan keluar dan hurupnya tidak akan keluar. Untuk menggesernya harus pakai dua jari dan diketuk dua jari , kalau orang normalkan kan pakai satu jari, seperti ini 109 Whatsapp belum dibaca”. Kata Teguh salah seorang Guru Agama Islam di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Tunanetra (YPTN) Al Mahsyar Mataram.

Teguh mengatakan untuk memainkan HP sudah tersedia aplikasi aksesibilitas yang merupakan bawaan dari perangkat HP itu sendiri namanya Talk Back  untuk membuka aplikasi Whatsapp, Tiktok, Youtube dan lain lainnya. Semua dipelajari  sendiri alias otodidak karna mau tidak mau harus bisa mengikuti perkembangan zaman.

“Paling proses awalnya saja kita belajar seterusnya otodidak, misalnya cara geser-geser, cara mengeluarkan suaranya pakai aplikasi Talk Back yang sudah ada di HP tinggal diaktifkan saja, walaupun sekarang sedikit mahir tapi harus tetap belajar karna aplikasinya selalu ada perkembangan”.  Ujar Teguh, sambil memperlihat aplikasi Whatsapp yang dimainkan

Lebih jauh Teguh mengatakan mulai mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan PenyandangTunanetra (YPTN) Al Mahsyar Mataram pada tahun 2020 sejak Indonesia di landa Covid 19.

“Karna Covid 19 akhirnya balik ke SLB dan mulai mengajar, saya alumni SLB disini, masuk SD pada tahun 2005 sampai tamat SMA dan kuliah ke Jogja secara mandiri setelah mendapatkan informasi dari teman lombok yang merupakan alumni Jogja”. Tutur Teguh sambil membuka pesan yang masuk di aplikasi Whatsapp.

Walaupun perawakan kecil dengan tinggi sekitar satu meter lima puluh lima centimeter, dengan umur 28 tahun, Teguh tidak pernah merasa minder atau terasingkan dengan kondisi kedua matanya yang hanya bisa melihat sekitar jarak 1 meter itupun masih burem, kondisi matanya seperti ini sejak umur 2 tahun akibat cairan penyakit cacar yang dideritanya mengalir di kedua bola matanya.

Saat ini Teguh bersama istrinya tinggal disebuah rumah dekat SLB yang difasilitasi oleh sekolah dan bercita cita ingin mempunyai rumah sendiri dan ingin lulus P3K yang kebetulan saat ini sedang menyiapkan sejumlah persyaratan untuk mengikuti tes masuk P3K tahun 2024 ini.

Keinginan mau maju dan sukses membuat dirinya tetap semangat menjalani hidup, bahkan Teguh sejak awal tahun 2024 lalu telah melepas masa lajangnya dengan mempersunting salah seorang gadis pujaan di Desanya, Tegal Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat. (KM NTB)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *