Karena merasa sebagai orang dekatnya Pak Kades, banyak pejabat kantor desa yang mendekatinya dan membuat Abu Mardut kajuman. Ia sering masuk kantor keluar kantor minta jatah proyek. Meski ia tahu sejumlah proyek besar sudah diambil Pak Kades untuk bayar utang.
Karena memperoleh pendapatan dari cara yang tidak benar, maka dana yang dikeluarkanpun sering diarahkan ke tempat yang tidak benar, seperti main judi, mabuk dan main perempuan.
Suatu malam Abu Mardut mengajak beberapa temannya bersenang-senang disebuah restoran terkemuka. Disana mereka menikmati sajian musik sambil menikmati minuman beralkohol.
Makin malam suasana makin nikmat, bergelas minuman beralkohol tertuang ke gelas Mardut, hingga wajahnya tampak merah. Namun Ia berusaha menyembunyikan dirinya agar tak terlihat mabok.
“Ente mabok ya…??? Tanya Cak Modar
“Hmmmm….. ndak… ndak kok.” Katanya pura-pura
“Wajah ente merah tuh.” Kata Cak Mondar
“Siapa bilang aku mabok, kalau ndak percaya ayo kita ke rumahku, dan aku yang nyetir.” Katanya gengsi.
Berangkatlah mereka pulang menuju rumah Abu Mardut. Mobil disetir Abu Mardut dan melaju hingga rumah.
“Siapa bilang aku mabok, nih kita dah nyampe rumah kan.” Katanya bangga kemudian membuka ruang tamu dan mengajak teman-temannya melihat setiap ruangan di rumahnya.
“Nih kamar anakku, tuh dia lagi belajar. Aku tak mabok kan?” Katanya sambil terus berjalan
“Nah yang ini kamarku. Itu isteri sedang tidur. Aku tak mabok kan?” Katanya sambil membuka pintu kamar.
Ternyata dilihatnya sang isteri sedang tertidur dan disampingnya adalah seorang lelaki.
“Siapa yang tidur di dekat isterimu itu Dut?” Tanya Cak Modar serempak dengan teman lainnya.
“Ah…. itu kan aku.” Katanya sempoyongan.