Kades Baik Hati

Sepulang sekolah, anak kesayangan Abu Bongoh menangis karena dihukum berdiri depan kelas sambil memegang telinga. Melihat itu, Abu Bongoh menghibur anaknya yang kelas 5 SD sambil bertanya alasan dihukum.

“Saya ditanya oleh guru, siapa yang menandatangani proklamasi dan saya jawab tidak tahu,” jawab si anak sambil menagis tersedu.

Kemudian Abu Bongoh langsung menemui sang guru sambil menggendong anaknya, dengan nada sedikit emosi ia menegur sang guru.

“Kenapa anak kesayangan saya di hukum?” tanya Abu Bongoh serius.

“Sebelumnya saya minta maaf, Pak. Anak Bapak, saya hukum karena dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang seharusnya bisa dijawab dengan mudah,” kata guru menjelaskan.

“Tapi dia kan sudah bilang kalau dia tidak tahu, sebagai guru seharusnya tahu dia kan masih kecil jadi mana mungkin dia tahu siapa yang menandatangani naskah proklamasi. Kalau mau tahu nanti saya bantu selidiki siapa yang menandatangani,” kata Abu Bongoh sambil meninggalkan guru yang terbengong.

Dalam perjalanan pulang, Abu Bongoh bertemu Pak Kades Nyelekit.

“Darimana, Pak? Mengapa anak Bapak nangis seperti itu?”, tanya Pak Kades.

“Anak saya dihukum oleh gurunya hanya karena tidak bisa memberitahu, siapa yang menandatangani naskah proklamasi,” kata Abu Bongoh mengadu.

“Kok anak sekecil itu masih ditanya pekerjaan orang dewasa sih? Bawa ke sini konsepnya biar saya saja yang tanda tangan. Jelek-jelek begini saya kan Kades di Desa Nyelekit jadi sudah kewajiban saya membantu warga,” jawab Pak Kades dengan bangga.

Kemudian Abu Bongoh kembali ke sekolah menemui sang Guru.

”Saya sudah menemukan orang yang akan menandatangani naskah proklamasi itu. Sekarang serahkan konsep naskahnya, Pak Kades yang bersedia untuk menandatanganinya,” kata Abu Bongoh senyum penuh percaya diri dan sang guru kian terbengong.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *