IKM NTB Kerja Keras, IKM NTB Naik Kelas

Nasrin H. Muhtar, Owner CV Tri Utami Jaya, Pelaku Industri Kelor. (Sumber : www.facebook.com/Nasrin Kidom)

Pelaku usaha industri di NTB yang biasa kita kenal dengan nama Industri Kecil Dan Menengah (IKM) NTB merupakan salah satu pondasi ekonomi di NTB. Konsep industrialsiasi yang merupakan salah satu pekerjaan besar Kepala Daerah NTB Terpilih Periode 2019-2023 semakin memperkuat fundamental ekonomi tersebut. Peningkatan nilai tambah produk IKM melalui penggunaan permesinan untuk mendukung standarisasi dan kualitas produk. Pertemuan antara elemen IKM dan visi industrialisasi NTB menjadi salah satu trending topik di lini media massa dua tahun belakangan ini.

Salah satu pelaku IKM yang menjadi contoh baik dari industrialisasi NTB adalah Nasrin H. Muhtar. Owner CV Tri Utami Jaya yang baru saja mendirikan pabrik pengolahan kelornya di bilangan Sweta ini adalah bukti bahwa kolaborasi antara wirausaha dan industrialisasi NTB membuahkan sebuah karya yang luar biasa. Kelor, yang merupakan salah satu tanaman marginal, ditangan dingin seorang Nasrin, bisa menjadi salah satu komoditas unggulan di Provinsi NTB.

Pabrik pengolahan kelor milik Nasrin H. Muhtar ini diresmikan langsung oleh Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflmansyah, SE., M.Sc. Sebuah bentuk apresiasi terbaik yang diberikan oleh seorang Kepala Daerah atas salah satu karya terbaik yang dilakukan oleh putra NTB. Mungkin banyak diantara kita yang tidak percaya, bahwa proses menuju sebuah karya hebat tersebut merupakan buah manis dari sebuah kerja keras dan perjuangan yang dilakukan oleh seorang Nasrin H. Muhtar selama ini.

Mengawali karir sebagai petugas kebersihan di sebuah pabrik jamu di Kota Makasar, Sulawesi Selatan, Nasrin mulai merintis idenya. Kemiskinan pada saat itu, bukan halangan buatnya untuk ikut berjualan jamu produksi perusahaannya pada waktu itu. Berkat ketekukan dan kerja kerasnya, Nasrin mencapai level wakil direktur dan diminta untuk membuka cabang di Mataram, NTB. Nasrin, yang sebelumnya, belum pernah berjualan jamu dan sama sekali tidak mengerti formula untuk membuat sebuah jamu, dengan semangat dan ikhtiar kerasnya, mampu menjadi seorang pembelajar yang baik dan merintis jalan suksesnya sendiri. Sampai akhirnya mengawali usaha jamu keliornya di awal tahun 2016.

Jamu kelor Nasrin, merupakan salah satu bentuk “sengsara membawa nikmat” berikutnya. Berawal dari sebuah pesanan akan kelor dari seorang mitra bisnisnya, yang ternyata bermodus penipuan, 100 kuintal kelor teronggok kering di rumahnya. Menjadi sampah yang seolah-olah tidak memiliki harapan untuk diberdayakan. Namun sekali lagi, bukan Nasrin Namanya jika harus menyerah pada sebuah kondisi sulit. Berbekal informasi dari internet pada waktu itu, Nasrin menemukan bahwa kelor ternyata memiliki lebih dari 300 jenis khasiat kesehatan. Pencerahan ini adalah sprit baru yang kemudian menjadikan Nasrin membuat formula jamu kelor untuk kemudian dipasarkan dan menjadi brand Teh Kelor Moringa Kidom seperti yang kita kenal sekarang. FYI, Kidom adalah kepanjangan dari Kilo – Dompu. Kilo merujuk pada wilayah Kecamatan Kilo, sebuah wilayah di Kabupaten Dompu yang menjadi salah satu kantong kemiskinan di wilayahnya.

Jika sekarang kita melihat seorang Nasrin, berdiri dengan segala kemegahannya, percayalah bahwa semua itu dilalui dengan proses panjang dan berliku. Mengolah kelor menjadi jamu untuk kemudian berkembang menjadi teh dengan merek Kidom dan Sasambodom bukanlah hal yang mudah. Pabrik pengolahan kelor pertama di NTB ini adalah bukti eksistensi seorang putra Desa Kramat Kecamatan Kilo, bahwa kemiskinan di masa lalu bukanlah halangan untuk menuju kesuksesan. Bahwa kerja keras adalah kewajiban semua orang. Bahwa mimpinya untuk mengentaskan kemiskinan di kampung halamannya, berbasis makanan di masa kecilnya ini, sudah mulai menunjukkan titik terangnya. Menunggu kebijakan Pemprov NTB untuk memasifkannya dan menjadi salah satu program pengentasan kemiskinan di Provinsi NTB.

“Mari kita lestarikan lingkungan kita dengan menanam kelor. Hari ini Pak Nasrin sudah membuktikan bahwa dengan membudidayakan dan mengolah kelor, mampu untuk meningkatkan ekonomi dan sekaligus melestarikan lingkungan sekitar kita”, demikian sambutan  seorang Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M.Sc dalam sambutannya ketika meresmikan pabrik kelor milik Nasrin H. Muhtar. Terlihat raut bangga dan haru di wajah Bang Zul – panggilan akrabnya – ketika meresmikan pabrik dengan kapasitas produksi 200 ton kelor kering ini. Ya, menamam kelor jelas adalah salah satu upaya pelestarian lingkungan yang sangat tepat. Budidaya kelor adalah keseharian masyarakat NTB, tanpa pupuk dan pemeliharaan tinggi, dan daun kelor kering dapat diolah menjadi berbagai produk turunan. Teh, kopi, biscuit, lulur, sabun, mie, pasta gigi dan banyak lainnya. Tidak perlu ditebang, karena yang diambil hany daunnya, jelas komoditas ini merupakan salah satu opsi penyelamatan lingkungan yang selama ini lebih sering menjadi konsep daripada aksi di lapangan sana. Melalui kelor, Bang Zul ingin menyampaikan pesan, seperti inilah industrialisasi NTB, berangkat dari komoditas lokal, dengan modal tekad dan kerja keras, diolah menjadi sebuah produk yang memiliki nilai tambah luar biasa. Nasrin H. Muhtar, seorang putra NTB, nun di pelosok sana, tanpa banyak bicara, minim publikasi, telah memberikan buktinya kepada kita semua.

“Industrialisasi NTB bukan lah membangun pabrik-pabrik besar, industrialisasi NTB lebih kepada memberdayakan masyarakat NTB disegala sektor untuk meningkatkan nilai tambah”, dalam banyak kesempatan, Bang Zul, doctoral industry lulusan Harvard University ini memberikan pandangannya terkait konsep industrialisasi di NTB. Dalam diamnya, Nasrin, pria ramah dari Dompu ini menjabarkan konsep tersebut, mengolah kelor, tanaman symbol kemiskinan di eranya, menjadi produk Teh Kelor Moringa dan Sasambodom, meningkatkan nilai tambah kelor dan memberikan contoh bahwa industrialisasi NTB adalah tentang komitmen, kerja keras dan kesungguhan untuk memberdayakan seluruh potensi SDA di NTB. Melalui kelor, Nasrin ingin berpesan, bahwa NTB sangat kaya, dan seharusnya penduduk NTB bisa kaya dengan mengelola sumberdaya yang ada didalamnya. Melalui konsep industrial tentu saja, karena industrialisasi NTB adalah strategi terbaik untuk merealisasikannya. Kelor, salah satu komoditas di NTB, sudah membuka ruang itu, tidak perlu berpanjang kata, tidak perlu belajar sampai ke Cina, didepan mata kita, saudara kita semua, warga NTB tercinta, Nasrin H. Muhtar, membangun kebanggaan untuk NTB melalui kelor. Saat ini, succes storynya telah menyebar kemana-mana, ratusan orang ingin mendengar kalimat dan nasehatnya, namun pelajaran terbaik yang bisa disampaikan oleh Doktor Jamu – sebuah gelar kehormatan dari para koleganya –  adalah bahwa MAN JADDA WA JADDA, siapa yang bersungguh-sungguh akan sesuatu, pasti dia akan memetik hasil terbaiknya. Terima kasih Bang Nasrin, atas pelajaran berharga ini, kami warga NTB, sungguh bangga kepadamu. NTB Gemilang adalah slogan, dan anda telah menunjukkan jalannya untuk kami semua. Bangga Menjadi NTB.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *