Kini Abu Mardut tak bisa berkutik lagi di depan Isterinya. Kebiasaan buruknya yakni berjudi, mabuk-mabukan dan main perempuan sudah tak bisa lagi dilakukan. Tapi sebagai lelaki terkaya di Desa Nyelekit, Abu Mardut berusaha mencari berbagai alasan untuk membenarkan tindakan buruknya itu.
Suatu hari saat pulang kantor, Abu Mardut didekati oleh seorang pengemis bertubuh ceking kurus, pakaian lusuh dan bau. Usia pengemis itu tak jauh beda dengan Abu Mardut.
“Pak, kasihanilah saya, tolong berikan saya uang limaribu rupiah saja, sejak pagi saya belum makan.” Kata pengemis memelas dan sedikit memaksa.
Abu Mardut memandang pengemis itu dengan penuh iba.
”Kalau saya beri kamu uang limaribu, apakah kamu tidak akan gunakan untuk minum-minum kan?” Tanya Mardut.
“Oh tidak Pak, saya tidak suka minuman keras.” Jawab pengemis.
“Juga tidak akan pakai buat berjudi?” Tanya Mardut.
“Tentu tidak Pak, saya tidak suka berjudi.” Kata Pengemis
“Juga tidak di pakai main perempuan?” Tanya Mardut meyakinkan.
“Tidak, tidak. Seumur-umur saya tidak pernah suka main perempuan.” Jawab Pengemis.
“Kalau begitu gini aja, kamu ikut saya pulang dan saya akan memperekenalkanmu dengan istri saya, setelah itu kamu saya kasih 2 juta rupiah.” Kata Mardut senyum.
“Mengapa Bapak mengajak saya untuk pulang dan memperkenalkan saya dengan istri bapak?” Tanya Pengemis heran.
“Saya mau kasih lihat istri saya, kalau seorang lelaki yang tidak suka mabuk, tidak suka berjudi, dan tidak suka main perempuan, hasilnya seperti kamu ini!” jawab Abu Mardut sambil menepuk pundak pengemis.