Mandalika Magnit Dunia

Tak Menjadi Penonton di Ruang Siar

Mandalika, nama ini mendadak dikenal di berjuta pasang mata dan telinga pecinta keindahan. Menjadi perhatian dan perbincangan disetiap lembar narasi cerita demi cerita. Mulai dari kisah legenda putri jelita yang rela berkorban agar tak terjadi pertikaian para pangeran yang ingin memilikinya, hingga ahirnya penikmat otomotif dunia melabuhkan cintanya di pantai elok bak penggalan syurga.

Mandalika memang indah dan memesona. Ombak yang menggulung memacu adrenaline peselancarl. Rimbunan pepohonan menghijau ditiup angin semilir menyejukkan mata memandangnya. Tak heran jika jutaan mata dunia terpesona.

Sebagai pintu gerbang pariwisata dalam Koridor V Pembangunan Nasional, pantaslah Indonesia mempercayakannya menjadi mercusuar wisata dunia dan pusat Kawasan Ekonomi Khusus. Termasuk penyelenggaraan MotoGP berkelas dunia. Semua orang bergerak, bersiap membangun negeri mewujudkan asa dari bibir Mandalika.

Bukan tanpa alasan dipilihnya Mandalika. NTB yan terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa memiliki letak geografis yang strategis. Kedua pulau besar itu berada pada posisi segitiga berlian urat nadi perkenomian Indonesa.

Sebelah barat berdampingan dengan Bali, sebelah timur dengan Pulau Komodo – NTT dan sebelah utara adalah dua pulau besar yakni Kalimantan dan Sulawesi.  

Pada tahun 2013 Pemerintah Provinsi NTB telah mendasari program pembangunan kepariwisataan melalui Peraturan Daerah Rencana Induk Pembangunan Kepariwisata Daerah (RIPPARDA) nomor 7 tahun 2013, difokuskan pada peningkatan prosentasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan dua target sasaran yakni Pertumbuhan Moderat dan Pertumbuhan Optimistis.

Pertumbuhan Moderat ditargetkan sebesar 6,6% pada tahun 2023 dan 7,2% pada tahun 2028. Sedangkan Pertumbuhan Optimistis sebesar 7,4% pada tahun 2023 dan 8,0% pada tahun 2028. Mencapai itu dibutuhkan sejumlah strategi yang diamanahkan melalui Peraturan Daerah tersebut.

Terdapat 23 indikasi program pembangunan kepariwisataan yang dilaksanakan dalam 3 tahap, diantaranya dengan meningkatkan skill serta produk layanan ekonomi masyarakat, standarisasi sertifikasi sumber daya manusia dan industri bidang kepariwisataan.

Strategi tersebut diharapkan dapat mewujudkan Nusa Tenggara Barat sebagai daerah tujuan wisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara yang ciri khas dan kekhususan daerah dengan keanekaragaman daya tarik alam dan seni budaya.

Terlebih lagi dengan dukungan teranyar melalui Perda NTB Nomor 16 Tahun 2021 tentang Pemajuan Kebudayaan Daerah. Perda ini ditujukan untuk memastikan tradisi budaya daerah kian memperkuat upaya legal dalam melakukan perlindungan, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan serta pembinaan budaya daerah.

Memasuki tahap kedua Rencana Pembanguan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2018 – 2023, Gubernur NTB DR Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur DR Sitti Rohmi Djalilah menetapkan 6 visi misi pembangunan daerah dengan penekanan pada peningkatan skill dalam mewujudkan industrialisasi sebagai upaya penguatan produk layanan ekonomi masyarakat.

Sekolah menengah dan kejuruan menjadi perhatian husus mencetak tenaga terampil dan terdidik. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai ruang tampung lulusan, dipastikan dapat meningkatkan jumlah angkatan kerja.   

Namun demikian, penyelenggaran sebuah event tak luput dari terampilnya masyarakat dalam mengorganisir kegiatan. Diperlukan standarisasi dalam mengelola sebuah event.  

MotoGP diselenggarakan Maret lalu yang diawali Word Superbike pada Februari, telah banyak memberi pelajaran berharga dalam mengelola event. Termasuk produk ekonomi lokal yang belum optimal ketersediaannya.

Apalagi pada Oktober nanti pusat perhatian dunia kembali memaksa jutaan pasang mata terfokus menuju Mandalika. Para pebalap mobil sport alias Grand Tourer level Asia akan mempertontonkan keterampilannya di kawasan bersejarah Putri Mandalika.

Sebelumnya, kawasan Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Tambora atau SAMOTA menjadi ajang pemotocros dunia pada Juni 2022 mendatang. Infrastrukturnya sedang dikerjakan sejak Maret ini.

Urat nadi perekonomian mulai berdenyut. Gairah masyarakat yang tak ingin menjadi penonton mulai mengatur strategi. Para pengusaha kecil menengah merasakan itu.  Lembaga pendidikan menemukan peluang mencetak tenaga terampil yang siap guna di ruang kerja.

Tak cukup itu. Sumberdaya manusia bidang penyelenggaraan event membutuhkan keterampilan husus. Mengorganize kegiatan menjadi sebuah keterampilan yang sangat dibutuhkan. Sejumlah agenda kegiatan pemerintah dan masyarakat akan terselenggara di NTB. Karenanya diperlukan mitra untuk memastikan penyelenggaraan itu terfasilitasi.

Ruang ekonomi pada bidang ini akan menjadi magnit tersendiri bagi tenaga terampil yang berkemampuan dan dipercaya dalam menyelenggarakan agenda.  

Desain Komunikasi Visual, fotogfrapher, videographer dan sejumlah kompetensi keahlian diperlukan menunjang sebuah event. Sebagian tersedia dan sebagian lainnya belum tersedia di lembaga pendidikan jenjang menengah.

Master Ceremony, Soundman hingga manajemen penyelenggaraan event menjadi ruang terampil yang serius dibutuhkan legalitasnya secara keilmuan, selebihnya pada pengembangan talenta.

Kebutuhan akan kemampuan sumber daya manusia itu memerlukan legalitas keterampilan untuk memperoleh pengakuan hukum secara administrasi. Karenanya peningkatan keterampilan diperlukan melalui lembaga pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan.

Terdapat 673 SMA, SMK dan SLB yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat di NTB. Ini menjadi peluang peserta didik yang dibutuhkan jenjang berikutnya. Juga bisa menjawab angka lama sekolah yang masih pada angka rata-rata 7,03 tahun.

Kian memantaskan posisi NTB di pentas pendidikan nasional, jika Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok menyelenggarakan sebuah program studi yang dihususkan pada Bidang Spesial Event atau bisa juga diberi nama generik lokal menjadi Program Studi Manajemen Begawe.

Ini menjadi solusi nyata dan Poltekpar Lombok telah menjawab kegelisahan publik NTB agar “tak menjadi penonton di ruang siar”. (Fairuz Abadi – KaBid Kebudayaan Dikbud NTB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *