Sakra Barat, Lotim – Jembatan Do’a, Begitulah masyarakat sekitar menyebutnya, Jembatan yang menghubungkan antara desa Rensing Bat dan Desa Rensing Raya ini di bangun sekitar tahun 60-an dengan cara swadaya murni masyarakat. Pembangunan jembatan pertama kali di rintis oleh seorang tokoh agama TGH. Mauhammad Fadil, Oleh tuan guru jembatan tersebut di bangun dengan penuh semangat dan rasa ingin memiliki akses jalan yang baik serta memadai yang bisa di lalui oleh masyarakat di samping sebagai bagian dari amal ibadah.
Pembangunan jembatan di mulai dengan mengumpulkan bahan berupa batu kali dan pasir yang sebagian besarnya di ambil dari dasar sungai. Konstruksi bangunan jembatan tidak menggunakan besi, yang ada hanya batu dan pasir yang di campur dengan kapur dan sedikit semen sebagai perekat, Seperti dikutip dari laman web www.gemadarussalam.com.
Salah seorang warga dari dusun Rensing Bat menceritakan awal di mulainya pembangunan jembatan, Bermula dari ajakan dan kepedulian Almarhum TGH. Muhammad Fadi ketika itu, beliau melihat tidak adanya akses jalan penghubung untuk menyebrangi sungai yang memisahkan Rensing Timuk dan Rensing Bat. Di atas jembatan tersebut dengan beralaskan tikar pandan, TGH.Muhammad Fadil dengan penuh semangat beliau membuka pengajian rutin yang dilaksanakan pada hari Selasa pagi bertujuan memberikan semangat serta mengajak masyarakat membangun dengan segala kemampuan yang ada serta memohon do’a pada yang maha kuasa agar apa yang di hajatkan benar-benar terwujud.
Ada keikhlasan yang di tunjukkan oleh sang tuan guru ketika beliau mampu mengajak masyarakat sekitar untuk bergotong royong membangun Infrastruktur berupa jembatan yang hanya bermodalkan semangat dan do’a, Dari cerita warga yang tidak ingin di sebut namanya tersebut lebih detail menceritakan, Setiap jama’ah pengajian yang datang akan membawa batu dan juga pasir serta sedikit rezki untuk di sumbangkan pada pembangunan jembatan. Rasanya tak pernah bosan sang tuan guru menyerukan untuk ikhlaskan sedikit hartanya untuk di sumbangkan agar bisa terwujudnya pembangunan jembatan tersebut.
Kini jembatan do’a yang umurnya hampir 1 abad tersebut seakan mengeluh dengan beratnya beban yang di pikul, Dari peninjauan media ini ke jembatan tersebut pada Selasa, 1/10/2019 kemarin, di bawah jembatan sudah terlihat retakan besar menandakan jembatan tersebut sudah waktunya untuk di renopasi ataupun di ganti dengan jembatan yang lebih permanen. Ada banyak keluhan yang di keluhkan masyarakat dengan kondisi jembatan sekarang, sudah ada tanda – tanda kalau jembatan do’a ini tidak lagi bertahan karena paktor usia.
Jembatan dengan lebar kurang lebih 6 meter dan panjang kurang lebih 12 meter tersebut oleh kepala desa Rensing Bat Muhammad Hilmi sudah sering mengkonfirmasikan tentang keadaannya kepada pihak pemerintah kabupaten, namun sampai hari ini masih belum ada respon positif. Bahkan semasa hayat Almarhum Drs. Muhammad Fadil Na’im yang kala itu menjabat ketua DPRD Kabupaten Lombok Timur pernah di gadang-gadang akan membangun jembatan permanen, Namun setelah ketiadaan beliau rencana itu hilang entah kemana.
Banyak masyarakat berharap kepada pihak pemerintah terkait untuk bisa merespon setiap keluhan masyarakat terutama pemerintah daerah tentang kondisi memperihatinkan jembatan tersebut, Jangan sampai setelah sesuatu terjadi baru pemerintah meresponnya, Harap salah seorang warga.
Harapan masyarakat kepada pemerintah sangat besar karena jembatan ini bukan saja di lalui oleh pengendara yang berasal dari desa Rensing Bat dan Desa Rensing Raya saja, melainkan oleh warga masyarakat Kabupaten Lombok Tengah karena ini merupakan jalan antar kabupaten yang menghubungkan Kabupaten lombok Timur dan Lombok Tengah.
Jembatan do’a sangat membutuhkan perhatian pemerintah dan tanah di kiri kanannya sudah longsor yang kondisinya sangat memprihatinkan, takut retaknya makin membesar dan membahayakan penggunanya, Sesuatu yang tidak kita inginkan bisa saja terjadi, Roboh dan berakibat lumpuhnya arus perekonomian masyarakat.