Sebagai pemimpin redaksi Nyelekit Post, sebuah media terkemuka di Desa Nyelekit, tugas Abu Macel cukup berat. Karena itu dibutuhkan kecerdasan ekstra untuk menyajikan berita berkualitas, termasuk dampak yang ditimbulkan. Tak hanya itu, pilihan-pilihan kata serta kalimat harus diteliti karena sangat mempengaruhi makna dari sebuah pemberitaan.
Pewartanyapun difasilitasi peningkatan sumberdaya melalui kursus jurnalistik professional secara berkala. Selain itu kesejahteraan pewartanya menjadi prioritas utama dan memperolah penghasilan bulanan diatas upah minimum dunia akhirat.
Meski sudah sangat berhati-hati dalam menyediakan informasi, masih saja ada penolakan bahkan gugatan atas berita yang tersaji.
Suatu hari Nyelekit Post dituntut untuk minta maaf oleh anggota Dewan Perwakilan Desa. Pasalnya para anggota dewan itu gerah dengan pemberitaan dari koran paling ngetop di desa itu yang berjudul “50% Anggota Dewan Korupsi”.
Saat rapat redaksi, terjadi perdebatan yang cukup sengit. Adu argumentasi mewarnai sidang redaksi. Dalam situasi seperti itu Abu Macel tampil tenang. “Jangan panik. Kita tetap bertanggung jawab terhadap berita yang dimuat. Saya sudah punya jawaban atas tuntutan para angota dewan itu. Semua akan berjalan baik manakala kita dapat menyikapi dengan baik.” Katanya bijak.
Keesokan harinya Nyelekit Post mengganti berita kemarin dengan judul “50% Anggota Dewan tidak Korupsi.”