Mataram—UIN Mataram baru saja menyandang akreditasi Unggul, sebuah pencapaian yang seharusnya menjadi kebanggaan sekaligus tantangan untuk meningkatkan kualitas di segala lini. Namun, acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) yang digelar tahun ini justru memperlihatkan banyak ketimpangan yang membuat publik meragukan keseriusan kampus dalam menjaga standar yang telah ditetapkan.
PBAK yang seharusnya menjadi platform pengenalan dunia akademik, malah berantakan mulai dari konsep acara yang tak jelas, hingga pelaksanaannya yang penuh kekacauan. Jadwal yang tidak konsisten, pengelolaan yang buruk, hingga fasilitas yang jauh dari layak menimbulkan kekecewaan besar di kalangan mahasiswa baru. Beberapa peserta bahkan menyebutkan ketidaknyamanan mereka dengan ruangan yang sesak serta makanan yang tidak memadai.
Samsukur Rahman, Menteri Kebijakan Kampus, Daerah, dan Nasional DEMA UIN Mataram, menyampaikan kritik tajam terhadap pelaksanaan PBAK ini. “Ini jauh dari ekspektasi. PBAK seharusnya menjadi ajang bagi mahasiswa baru untuk mengenal budaya akademik kampus, namun yang terjadi malah sebaliknya—acara tidak terstruktur dengan baik dan jauh dari standar yang diharapkan. Kita sedang memegang akreditasi Unggul, tapi pelaksanaan PBAK ini tidak mencerminkan itu sama sekali,” ujar Samsukur.
Selain masalah manajemen acara, ada hal yang lebih mengkhawatirkan lagi: PBAK tampaknya menjadi arena bagi organisasi eksternal kampus untuk melakukan arak-arakan dan perekrutan anggota baru. Fenomena ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi mahasiswa baru, yang merasa ditekan untuk masuk ke organisasi tertentu. “PBAK bukan tempat untuk mempromosikan agenda organisasi eksternal. Ini murni harusnya tentang pengenalan kampus dan akademik, tetapi yang terjadi justru penyalahgunaan acara untuk kepentingan kelompok di luar kampus. Ini tidak bisa dibiarkan,” tegas Samsukur.
Keterlibatan organisasi eksternal dalam PBAK menciptakan suasana yang tidak sehat dan mengalihkan fokus dari tujuan utama acara, yakni pengenalan dunia akademik dan budaya kampus. Mahasiswa baru seharusnya diberikan kebebasan untuk fokus pada pendidikan mereka, bukan didorong ke arah politisasi organisasi.
Samsukur Rahman pun mendesak pihak rektorat untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan PBAK ini. “Kita butuh tindakan tegas. Evaluasi harus dilakukan secara total, bukan hanya dari segi manajemen acara, tetapi juga pengawasan terhadap aktivitas organisasi eksternal yang ikut campur. Jika dibiarkan, kita akan kehilangan kredibilitas sebagai kampus berakreditasi Unggul,” tambahnya.
Dengan berbagai persoalan yang mencuat, apakah UIN Mataram benar-benar siap menyandang status Unggul dalam segala aspek? Jika tidak segera ada perbaikan, akreditasi tersebut akan menjadi sekadar formalitas, tanpa substansi nyata yang bisa dirasakan oleh seluruh civitas akademika.